Sunday, December 28, 2008

haruskah takut?

Dirundung kenyataan pahit menghadapi kematian.
Mereka akan shock apabila mendengar salah satu dari mereka telah pergi untuk selamanya.
Suatu takdir yang tidak bisa ditolak.
Sesuatu yang sudah ditentukan masanya ketika ia dilahirkan.
Sesuatu yang sangat dekat dengan manusia.

Tidak ada yang tahu kapan mereka akan tiba pada masa itu. Padahal konsekuensi kehilangan harus diterima. Kehilangan sementara ataupun selamanya. Kembali dan tidak akan pernah kembali. Hanya kekuatan hati yang dapat menahan kepedihan. Dan keikhlasan yang akan memudahkannya. Manusia yang sombong selalu menganggap bahwa waktu mereka menjalani hidup didunia masih sangat panjang. Akantetapi ketika mereka menghadapi sesuatu yang tidak sanggup untuk dihadapi didunia, kata yang pertama kali terbayang adalah mati. Jalan pintas untuk mengakhiri penderitaan hidup. Satu kata yang membuat manusia sombong tersebut menjadi seorang yang pengecut.

Beberapa diantara mereka sudah tahu kapan ia akan berakhir. Walaupun tidak tahu kapan tepatnya. Mengetahui setelah mendengar vonis dari seorang ahli bernama dokter. Tiba-tiba dokter bisa menjadi Tuhan jadi-jadian. Keahlian dalam menerka apakah manusia masih bisa bertahan didunia atau tidak. My God, tiba-tiba pula bernafas menjadi hal yang menenangkan. Saya masih dapat bernafas.

Mengapa manusia takut dengan mati? Bagaimana dengan saya? Takut dan tidak takut. Tidak takut karena memang sudah seharusnya. Dan takut karena tidak memiliki pengetahuan tentang hidup seperti apa yang akan dijalankan setelah mati. Dosa siksa dan neraka? Atau reinkarnasi atas karma yang telah diperbuat dalam kehidupan sebelumnya. Bisa saja saya mati sekarang, saat mengetik kalimat-kalimat ini. Tapi ternyata belum, belum waktunya.

Pernah ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dekat? Ayah ibu kakak adik kakek nenek keluarga teman, atau kekasih? Menangis semalaman suntuk, by Audi. Betapa berartinya seseorang setelah mereka tiada. Pikiran dihujani tentang kenangan yang meninggalkan. Kesedihan hanya bisa diratapi. Kenyataan bahwa mereka tidak bisa melihat seseorang yang dikasihinya lagi. Hidup memang sangat indah, dan sebaik apa kalian bisa membuatnya menjadi indah. Meracik kepedihan menjadi kesenangan..

No comments: