Friday, December 26, 2008

Puteri cantik dan Pangeran Kodok, #3

Kacung kerajaan bisa dipercaya, dan Maria sungguh tak peduli apabila sepucuk surat yang dititipkan untuk Beeyan akan bocor dan tersebar ke seluruh kerajaan. Yang penting Beeyan tahu apa yang aku rasakan, itu lebih Maria butuhkan. Maria tidak pernah berharap bahwa keadaannya akan kembali seperti dulu, bahwa Beeyan akan kembali untuknya. Ia tahu bahwa itu merupakan hal yang tidak mungkin, TIDAK MUNGKIN!! Akan tetapi, ia sangat butuh dukungan dari Beeyan, apapun bentuknya.

Dua kali penampakan bulan sudah terlewati, dan pada penampakan yang ketiga, datang sesuatu yang ditunggu oleh Maria. Sepucuk surat balasan dari Beeyan.

”Sungguh aku tidak pernah berpikir bahwa engkau merasa tersiksa. Kebodohanku adalah menjadi seseorang yang merasa dirinya adalah orang yang paling dirugikan. Menghapus perasaanku sama saja seperti dipaksa ke dalam lingkaran waktu saat aku belum pernah bertemu denganmu. Maaf, aku tidak tahu. Maaf pula karena telah menyudutkanmu ke dalam kondisi seperti ini. Seandainya kau tidak pernah bertemu denganku saat itu, seandainya aku tidak melewatkan musim panas di satu sekolah yang sama denganmu, seandainya aku tidak pernah mencoba menciummu, keadaannya tidak akan sesulit ini. Konsekuensi paling pahit yang harus kutelan karena mencoba mendekati dan memilikimu. Tapi aku tidak pernah menyesal sedikitpun. Mencintaimu adalah hal paling indah yang tidak pernah bisa kutolak. Walau perasaan ini dihujat tabu. Seorang manusia biasa yang tidak mungkin bersama seorang Puteri Kerajaan. Seperti janji yang pernah kuucap, aku tidak akan pernah meninggalkanmu Puteri. Berada di sampingmu adalah kebahagiaanku, mencintaimu adalah kutukan bagiku, dan tidak mencintaimu adalah ketidakuasaanku. Kini aku sudah memutuskan untuk ikhlas, ikhlas untuk tidak mengharapkanmu sebagai seseorang yang dapat bebas kugandeng dalam kehidupan 10 atau 20 puluh tahun lagi. Biarkan aku bisa menerima semuanya dan menciptakan kebahagiaanmu dengan caraku sendiri. Tidak akan kubiarkan engkau tersiksa dengan semua ini, tidak akan. Aku harus bertanggung jawab. Karena kehadiranku engkau menjadi kacau, dan kini tak akan kubiarkan akhirnya seperti ini.”


Beeyan muncul mengamatinya Maria dari jauh. Ketika Beni masih sering bersama Maria. Ketika Maria masih mempersilahkan Beni untuk menemani dirinya menjalani aktivitas. Beeyan sabr, ikhlas, dan menangis dalam hati. Dulu Beeyan lah yang ada dalam posisi tersebut. Ia sadar bahwa Maria pun tidak ingin, hanya saja tidak kuasa menolak kehendak Ibu Suri dan Raja. Beni sedang menunggui Maria keesokan paginya. Beni tidak memberikan kesempatan bagi Beeyan untuk menghampiri Maria. Begitupula dengan keesokan harinya. Selalu begitu, hingga pada minggu berikutnya Beeyan memiliki kesempatan untuk bertemu, Maria yang mengajaknya.

Maria senang meilihat sosok Beeyan dihadapannya. Maria mencium pundak mantan kekasihnya tersebut. Beeyan harus menahan, menahan untuk tidak memeluk Maria. Bagaikan dicambuk rotan. Menahan diri untuk tidak berbalik dan memeluk seseorang yang sudah sangat ia hapal..

”Apa kabar”, Beeyan mulai membuka percakapan.
”Keadaan mulai memburuk, Bee. Aku ga tau harus gimana.”
”Kamu masih bisa menolak kalau kamu mau.”
”Gak bisa, Ibu dan ayah maksa. Sedangkan Beni bisa banget ambil hati mereka.”
”Terus kamu mau gimana. Tetap memaksakan pernikahan ini?” tanya Beeyan, lirih.
”Mau gimana lagi. Hidupku sudah seperti di neraka. Kamu liat aja ya, aku bakalan bikin hidup Beni seperti di neraka nantinya. Dia gak pernah sadar bahwa cintanya lah yang menciptakan neraka”
“Beni sendiri gimana ke kamu”
“Sebenarnya Beni baik sih, Bee.. tapi masalahnya adalah aku gak cinta. Aku gak pernah suka sama dia..”
“Terus kenapa kamu masih mau? Kamu bisa bilang kan sekarang kalo kamu nolak” tanya Beeyan.
”Gak segampang itu Bee.. kamu gak ada diposisiku dimana aku terpojok. Pernikahan ini sudah melibatkan dua kerjaan. Ayah sama Ibu sudah sounding ke kerajaan-kerajaan lain.”
”Kan masih ada waktu, masih 4-5 bulan lagi. Gini ya, kamu masih punya kesempatan untuk bilang enggak. Aku ngomong begini bukan karena aku yang masih cinta kamu, atau berharap tentang kamu. Enggak. Aku ngomong begini karena aku pengen kamu bahagia”, bujuk Beeyan.
”Aku udah gak punya kebahagiaan lagi. Aku udah mutusin untuk berpisah nanti dengan Beni.”
”Hah?” Beeyan kaget.
”Sekali aku jadi orang jahat, selamanya aku jadi orang jahat. Aku udah jahat sama kamu Bee, aku yang ninggalin kamu. Aku jahat sama Beni karena aku pura-pura mau sama dia. Aku jahat sama orang tuaku, karena aku membohongi mereka. Dan aku paling jahat dengan diriku. Sekali aku jadi orang jahat, selamanya aku akan di cap jadi orang jahat. Kenapa gak sekalian saja aku jahat? Aku akan cerai dengan Beni nanti.”
”Kenapa? Ngapain kamu nikah kalo akhirnya kamu tahu akan pisah sama dia,” Beeyan bingung.
”Setidaknya aku udah nyoba dan alasan ini yang bisa aku kasih ke orang tuaku. Sekarang gini, Bee.. aku udah punya daya apa-apa lagi. Mereka nuntut aku untuk menikah. Dan tidak pernah ada yang kutunjukkan pada mereka, seorang pangeran yang aku cintai.”

Beeyan diam menyadari bahwa dirinya bukanlah Pangeran. Dan menjadi manusia biasa menampar dirinya seakan-akan orang hina yang tak pantas untuk Puteri. Tapi itu adalah takdir, tabu untuk dilanggar.

”Kamu kan tahu, bee.. dua tahun kebelakang aku selalu bareng kamu. Cintaku cuma buat kamu. Gak ada Pangeran lain juga yang bisa aku bawa kehadapan mereka. Jadi selama ini mereka juga ketakutan bahwa aku tidak akan pernah menikah. Aku juga gak bisa bilang ke mereka kalo ternyata aku sudah punya kamu. Maaf banget Bee, maaf”
”Iya, aku ngerti gimana kondisi kamu. Karena aku, hidup kamu jadi gak karuan. Harusnya aku gak pernah masuk. Harusnya dua tahun kebelakang ini adalah waktu bagi kamu untuk bersama seorang Pangeran, bukannya manusia biasa sepertiku.”
(Mereka diam..)

”Aku gak tahu deh Bee gimana hidupku selanjutnya..”
”Gini ya sayang, kamu dengerin aku. Aku gak pengen kamu jadi orang jahat. Seandainya kamu nanti harus nikah, tolong jaga jangan sampe pisah. Bukannya kamu malah nyakitin orang tua kamu? Dia? Dan keluarganya?”
”Tapi aku gak bisa kalau harus nolak pernikahan itu sekarang, Bee..”
”Kenapa?”
”Karena aku harus jaga nama baik keluargaku.. Ini sudah melibatkan dua kerajaan. Satu-satunya jalan saat ini adalah aku buat keadaan supaya Beni yang membatalkan pernikahan ini. Harusnya dia bisa liat kalau aku gak suka sama dia. Dan pernikahan ini adalah bencana baginya.”

No comments: