Saturday, December 29, 2007

masalah klasik

laki-laki dan perempuan, atau perempuan ada laki-laki..
sama saja, mau ditulis dahuluan yang mana juga sama..


Masalah klasik dari laki-laki adalah perempuan
Begitu juga sebaliknya..

Mengapa selalu menjadi sesuatu yang klasik
mengapa sesuatu yang kalsik itu ternyata hanyalah masalah yang seringkali harus diperdebatkan?

bukankah kita berasal dari satu tubuh yang sama?
tubuh manusia pertama.

Bukankah kita ada untuk saling melengkapi??

Bahkan ketika kedua manusia pertama itu diturunkan dan dipisahkan,
mereka ngotot untuk saling bertemu..

Moment itu dirusak oleh keturunan si sang pecinta
yang dalam hati mereka saling mencinta tapi terlalu angkuh untuk berkata
ketika telah dipertemukan malah ngotot untuk dipisahkan,,

Mungkin mereka bukan keturunan dari nenek moyang yang ditakdirkan untuk saling mencinta..

pilihan dan hidup, suka dan benci

ini keputusan yang udah saya buat
lagi-lagi harus memilih untuk menjalani sebuah kehidupan
walaupun saya sangat tahu bahwa
"saya benci pilihan
namun saya sangat menyukai hidup.."

Apapun akan tetap saya lakukan demi hal yang saya sukai, walaupun harus melewati hal yang saya benci..

Akhir tahun belum selesai, saya pun sudah menyelesaikan perkara dengan suatu kejelasan yang yang semakin memperumit keadaann..
Makanya, jangan pernah untuk menjadi seorang yang tahu, karena dengan ke-tahu-an itu memaksa kita untuk menghadapi hal yang sulit..

hadiah akhir tahun


Beberapa hari lagi, kita akan mengalami pergantian tahun, dimana terompet saling bersaing dalam menyerukan kemeriahan dan kembang api berlomba menampilkan kecantikannya. Kegemberiaan. Kedua benda itu menyiratkan seolah-olah tahun kemarin yang sendu akan berganti dengan tahun depan yang seru, tahun kemarin yang biasa akan berganti dengan tahun depan yang laur biasa, tahun kemarin yang berkesan berlanjut dengan tahun baru yang semakin memberikan kesan.


“Tahun baru, walau bukan awal, namun tetap sebuah langkah baru”


Kita selalu mempunyai cita-cita, list of what we want to reach, sebuah harapan dan sejuta keinginan. Tiap pergantian tahun selalu berniat, “Mudah-mudahan tahun depan lebih baik dari tahun kemarin”.. Well, setidaknya masih ada niat. Bersedihlah mereka yang tidak mempunyai niat untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Gimana dengan gua? Gua? Apa yang udah gua lakuin tahun kemarin? Sebagian keinginan udah terwujud, sisanya terkubur untuk digali kembali di tahun 2008. Sebuah tahun kabisat, dimana jumlah harinya lebih banyak satu hari daripada tahun biasanya. Setidaknya, manusia diberi kesempatan untuk melakukan hal-hal baik dan memperbaiki diri dalam jangka waktu yang lebih lama.

Tahun 2007, cukup banyak hal yang berkesan, dalam segala hal. Tapi juga agak membosankan. Seringkali menyibukkan. Jackpot akhir tahun membuat gua harus melantunkan lagu Peterpan Di atas Normal yang liriknya berbunyi “Kaki di kepala, kepala di kaki”.. Seharusnya lagu itu lebih tepat diberi judul Salah Urat, Pemain Sirkus yang bakalan Mual, Kisanak Sakti Mandraguna, atau apalah.. Gua dengan segala kesibukan yang belum juga berhenti, dengan kesenangan yang dibumbui kesedihan, dengan segala kekonyolan, dengan pengalaman yang membuat gua bersenandung “Leng geleng geleng geleng geleng geleng geleng..”, dengan cerita cinta yang tidak ingin diakhiri, dengan hal yang memusingkan dan membuat gua terdiam seraya berdoa semoga masalah ini cepat berakhir,.

Tinggal beberapa hari lagi. Hadiah apa yang layak gua persembahkan untuk benar-benar dinilai dan diakui sebagai sebuah hadiah akhir tahun. Lantas, kepada siapa persembahan ini harus kuberikan? Dan, atas dasar seseorang itu pantas untuk diberikan sebuah hadiah akhir tahun? Seandainya hadiah itu berwujud. Seandainya hadiah itu dapat terwujud..

Tutup akhir tahun dengan segala hal yang menjadikanmu senang
Akhiri tahun bersama orang yang selalu menjadikanmu tenang

Jelang awal tahun dengan rasa penasaran
Jemput awal tahun bersama segala keingintahuan

Buka tahun baru dengan bekal hadiah akhir tahun lalu
Jalani tahun yang baru bersama perasaan indah yang takkan pernah layu


”SELAMAT TAHUN BARU”
SEMOGA TAHUN DEPAN MERUPAKAN TAHUN YANG DIMIMPIKAN

Wednesday, December 5, 2007

Good Morning, Stranger!!

Kira-kira seminggu yang lalu, gua pergi ke Bandung dengan menumpangi Damri, gak deng gak numpang, orang gua bayar! Di tengah perjalanan, tiba-tiba seorang stranger yang duduk di samping saya menawarkan makanan. Kemudian dimulailah sebuah percakapan yang amat sangat berkesan bagi saya, sebuah percakapan yang bikin emosi jiwa. Begini ceritanya :


Saya (S) : ”Oh, makasi”

Dia (D) : ”Kakak, mau ke acara wisudaan juga?” (Sumpah muke dia lebih tua daripada gua)

S : “Oh, enggak. Ada urusan aja”

D : “Apa?” (Heeee, perasaan baru kenal tapi uda mau tau aja)

S : “Mau ngurusin penelitian”

D : “Wah, hebat dong udah mau lulus. Angkatan berapa?”

S : “2004. Belum kok, Cuma buat bahan seminar aja”

D : ”Rencananya mau ngapain abis lulu?”

S : ”Kerja lah”

D : “Buat apa?”

S : “Cari duit, haha!” (Sumpah lo, gua ketawa tapi dia malah mengernyitkan alis!)

D : “Trus mau ngapain lagi? Nikah? Punya anak? Mati?”

S : “Iya dong, mati. Mau ngapain juga hidup mulu?”

D : “Pernah gak mikirin ada kehidupan lain setelah mati”

S : “Pernah bangetlah?”

D : “Gimana tuh caranya biar kita juga bahagia di kehidupan selanjutnya?”

S : ”Ya, menjalani hidup itu harus seimbang”

D : ”Gimana yang dimaksud dengan seimbang?”

S : ”Gak ngoyo. Apalagi sampe ngerugiin diri sendiri atau orang lain. Gak cuma ngejar apa yang ada di dunia, tapi juga ngeliat dampaknya di kehidupan nanti?”

D : ”Pernah gak sih lo mikir tentang beramal sebanyak-banyaknya?”

S : (Wait, mungkin gak dia tukang minta sumbangan? Tampaknya bukan! Stranger itu mahasiswi). ”Gak perlu dengan beramal doang kan baru kita masuk surga. Gampang kok caranya, gua cukup ngerjain apa yang menurut gua benar dan salah, itu juga udah cukup”

D : ”Gimana caranya lo tau kalo yang lo lakuin itu udah benar?”

S : “Gua berpikir, dan tentunya ada aturan yang nuntun gua untuk berperilaku benar”

D : “Berarti itu hanya berasal dari pemikiran lo doang? Sedangkan darimana lo tau aturan yang lo ikutin itu benar?”

S : “Menurut gua, kebenaran itu relatif ya, gak ada sesuatu yang mutlak. Makanya banyak banget perbedaan di dunia ini. Dan benar itu ada juga karena hasil pemikiran lo kan? Sebenarnya semuanya balik lagi ke keyakinan lo tentang sesuatu yang lo yakinin benar kan? Kalo lo yakin aturan lo itu benar dan gak menyalahi aturan lain, ya ikutin aja”

D : ”Gimana dengan agama sebagai kebenaran yang mutlak?”

S : (oo.. oww.. wow dia mulai merambah ke bidang agama, macam ustadzah saja akyu).. Oh, agama emang sesuatu yang absolut. Tapi gini deh, lo meyakini aturan agama lo sebagai sesuatu yang mutlak karena apa? Karena lo yakin kan? Dan belum tentu yang lo yakinin itu sama dengan keyakninan orang lain kan? Jadi itu kebenaran lo relatif di mata orang lain?”

D : ”Iya juga sih” (Akhirnya dia setuju dengan gua, tunggu! Dia belum setuju!) ”Tapi menurut gua, segala sesuatu pasti ada ada yang mutlak. Termasuk agama. Sama aja kan kayak benda-benda yang diciptakan untuk fungsinya masing-masing? Misalnya, bagi gua mesin fotokopi diciptain untuk memperbanyak. Gak bisa lo gantiin dengan mesin ketik.”

S : ”Iya, tapi kan dari fungsi-fungsi utama sebuah benda atau sesuatu itu, juga ada fungsi komplementer dan subtitusi kan? Ada pengganti atau pelengkap sehingga menjadikannya gak mutlak. Banyak hal baru yang bisa diciptain. Gini deh, kalo lo gak bisa memperbanyak dengan mesin fotocopy, lo bisa kok gunain printer buat memperbanyak hasil ketikan lo. Banyak cara kan? Tergantung dari mana kita memandangnya aja” (Gua sotoy gila).

D : ”Trus tujuan hidup lo apa?” (Bayangin, gua harus menjawab pertanyaan yang kayak gitu dalam kurun waktu sedetik apabila ingin terlihat pintar dimata stranger. Apa gua yang bego karena mau-maunya nanggepin dia? Tapi satu hal, gua gak mau kalah! Setidaknya dalam urusan sok tahu, wakakakak)

S : ”Apa ya.. belum ketemu, jalanin aja!”

D : ”Pernah mikirin setelah meninggal lo masuk mana?”

S : ”Ya iyalah mikirin” (Oke, mungkin dia bukan tukang minta sumbangan, tapi mungkin gak dia anggota sekte eden yang berhasil lolos dari jaringan polisi? MUNGKIN BANGET!) ”Oke, tujuan hidup lo apa?” (Akhirnya gua nanya balik, karena gua rasa mungkin dia terus mengintrogasi gua karena gak ditanya-tanya)

D : ”Gua pengen nyenengin Tuhan” (OOOHHH, ternyata dia malaikat, hehe)

S : ”Gimana caranya lo tau kalau Tuhan bakalan seneng dengan apa yang lo lakuin?”

D : ”Pertama gua harus kenal Tuhan dulu. Setelah itu gua merasa damai. Oya, lo percaya dengan dosa kecil dan dosa besar?”

S : (Di jawaaaab banget pertanyaan gua) ”Dosa ya dosa”

D : “Menurut lo mikir jorok itu dosa”

S : “Gua gak tau yah, soalnya mikirinnya aja pun gua males. Tapi aturan sih bilang kalo itu dosa”

D : “Lo suka ngomongin orang?”

S : “Gua rasa gua tipe orang yang cukup positif dan gak tau mudah merubah penilaian hanya dengan mendengar seseorang menjelek-jelekan orang lain. Gua gak mudah dihasut”

D : “Kuat juga ya, lo?”

S : “Mungkin gua orang yang plin plan, tapi sekali gua memutuskan atas suatu pilihan, ga ada yang bisa ganggu gugat”

D : “Menurut lo, nyontek itu dosa ga?”

S : “Secara harfiah, nyontek itu kan mencuri apa yang bukan milik kita. Kalo ngeliat aturan, ya itu dosa ya. Tapi gua udah gak pernah nyontek dari 3,5 tahun yang lalu yah. Tapi gua santai aja sih, bukan hal yang musti diribetin. Lo sendiri suka nyontek?”

D : “Jujur sebelum kenal Tuhan, gua suka nyontek” (OO OOW, kamu ketauan.. –by Matta) “Tapi saat ini gua berusaha buat enggak” (Good Girl)

S : “Bagus” (Mudah-mudahan percakapan ini berhenti)

D : “Menurut lo, hidup lo siapa yang nentuin? Tuhan atau elo sendiri?”

S : “Buset, kritis banget pembicaraan kita! Baru juga kenal” (I DONT EVEN KNOW HER NAME) “Menurut gua seimbang sih. Gini ya, kita hidup kan dihadapin sama banyak pilihan. Lagi-lagi lo harus nentuin sendiri mau apa dan kayak gimana hidup yang lo jalanin. Tapi diujung-ujungnya kan Tuhan juga yang nentuin. Misalnya, lo berpikir, kalo dengan gak keluar dan mengurung diri di rumah, lo merasa aman dan jauh dari kematian, tapi tiba-tiba Tuhan ngomong lo harus mati dengan ngirimin tsunami gimana? Gitu juga sebaliknya, ada kok takdir yang bisa manusia rubah kalo dia pengen dan terus berusaha. Misalnya lo dilahirin sebagai orang yang miskin. Kalau lo berusaha buat maju, lo bakal ngerubah nasib lo dengan tangan lo sendiri.”

D : “Balik lagi ke masalah dosa, menurut lo, lo masih suka ngelakuin dosa?”

S : “Gua gak tau ya sampai sebatas mana keimanan gua. Dan kayak gimana penilaian gua tentang dosa. Tapi yang gua tahu, gua berusaha menjalani hidup gua sebaik mungkin. Apa yang udah jadi kewajiban ya guia jalanin, apa yang dilarang ya berusaha gua hindarin. Gini aja deh, gua muslim, gua udah gak anggep solat 5 waktu sebagai kewajiban aja, tapi udah kayak kebutuhan. Dan dosa? Ga ada satupun manusia yang luput dari dosa”

D : “Apa yang lo rasain pas solat?”

S : “Dari wudhu aja udah adem“

D : “Lo kenal Tuhan lo ?

S : “Apa batasan kenal Tuhan menurut lo ? “

D : “Lo berusaha untuk mencari dia“

S : “Oh kalo gitu doang, gua udah kenal Tuhan gua. Gua merasa kalau hidup gua itu sangat enak. Karena gua selalu diberi apa yang gua minta, bahkan sesuatu yang gua gak gua minta pun dikasih. Dan setiap gua punya masalah, yang gua sebut juga dia duluan. Dan kalaupun gak ada masalah, gua tau dia tetep ada dan harus diyakinin, di sembah.

D : “Kenapa sih manusia melakukan dosa ? Padahal kan dalam ajaran agama gua, Tuhan menyuruh agar manusia itu sempurna?

S : (Sumpah gua udah bosen tapi perjalanan masih jauh) “Dalam diri manusia itu kan ada alam bawah sadar, ada id, ada ego, ada superego. Maka manusia terkadang melakukan kesalahan atas apa yang mereka gak sadarin, kan ?

D : “Tapi menurut gua semua dosa itu dilakukan karena tindakan manusia itu sendiri untuk melakukan dosa. Gua gak percaya sama yang namanya hilaf“

S : “Oke kalo gitu, berarti lo robot. Hal itu cuma bisa dilakuin kalau kita cuma hidup sendirian. Tapi kan lo hidup sama banyak manusia lainnya. Ada perbedaan, masing-masing punya persepsi dan interpretasi sendiri, kan? Gini deh, mungkin menurut lo yang lo lakuin itu udah bener, tapi kan ada noise, gangguan psikologi juga ada, bisa aja apa yang lo lakuin itu dipersepsi beda sama orang lain. Tiba-tiba lo menyinggung hati dia, nah jadi dosa gak tuh?

D : “Lo pernah gak sih mikir kenapa Tuhan nyiptain lo ? Kenapa masih aja ada dosa? Kenapa Tuhan ciptain sesuatu yang gak sempurna?

S : (Mbok ya ditanya sama Tuhannya, jangan tanya saya!) “Oke oke, sebenarnya gua sering mikirin hal itu. Dan kalo gua terus mikirin dan cari jawabannya, gua yakin gua bakal gila dan atheis. Karena ada beberapa hal yang gak bisa dijangkau pakai otak. Dan asal muasalnya tentang segala sesuatu di dunia ini aja gak bisa gua dapetin. Tapi balik lagi, gua yakin dan percaya aja dengan keyakinan yang udah ada. Jalanin ajalah hidup lo. Gua juga mikir kenapa Tuhan nyiptain gua? Buat dosa? Buat menuhin neraka? Gak lah gak sedangkal itu, pasti ada sesuatu dibalik itu semua yang gak mampu dijangkau dengan keterbatasan otak kita. Ada hal-hal yang gak perlu kita ketahui“

D : “Berarti lo nyesel dilahirin sebagai manusia ?

S : (Emosi gak lo ditanya mulu ? Apa gua lagi main permainan sedang apa- sedang apa- sedang apa sekarang?) “No, im happy with my life. Gua sangat menikmati hidup dan menjalaninya, dan gak gua bawa rumit juga, Kalau gua mau protes, banyak banget. Sekalian aja gua protes kenapa gua gak diciptain sebagai malaikat yang ga berdosa?

D : (Diam)

S : “Gini ya, pokoknya hidup jalanin aja. Gak usah dibawa ke pemikiran yang ngejelimet. Gak semua hal bisa kita pecahin. Pernah lo mikir kenapa Tuhan yang sebegitu kuasanya masih menciptakan malaikat buat ngebantu dia? Pasti ada sesuatu dibalik itu semua. Dan hal itu susah buat dicari jawabannya.

D : “Darimana lo tau apa yang lakuin untuk hidup lo itu benar“

S : “Karena gua punya akal, dan gua hidup karena itu. Makanya banyak pilihan di dunia ini.



Menurut gua, pasti ada yang aneh dari manusia Maha Kritis ini. Dan lebih aneh gua karena masih mau-maunya meluangkan waktu untuk berceloteh sebagai manusia Maha Sok Tahu. Tapi, percakapan ini sangat berkesan bagi gua, karena gua sempet-sempetin buat singgah di perpuskaan Unpad cuma buat sekadar nyatet pembicaraan gua sama dia yang udah kerekam. Pengalaman aneh lagi dalam hidup.

Kisah Seorang Putri Duyung

Aku ingin berterimakasih padamu terkasih

Karena telah menciumku

Ciuman yang berisi gelembung udara hingga paru-paruku mengembang

Membiarkan bagian darimu mebuatku hidup


Dan kurelakan diriku dikutuk menjadi putri duyung

Yang terdampar di bebatuan dengan ribuan pasir di sekujur tubuh

Menyesali ekor yang bersisik

Hanya tidur, bermimpi, bangun, menangis, tidur, bermimpi, bangun, dan menangis

Cuma itu yang dapat kulakukan

Membayangkan dia di istana, jodohku yang rupawan

Yang tak bisa disuarakan kepada alam

Sisik membuatku bisu

Putri duyung tak bersuara


Putri duyung menjadi buta, di mataku tak ada lagi air

Setiap hari menangis takdir

Ibu suri telah memilih jodoh bagi sang rupawan

Jodoh dari negeri seberang

Putri duyung hanya dapat memejamkan mata

Tidak peduli apakah tidur atau tidak

Hanya dalam pejam aku merasa aman


Laut menyediakan keindahan

Tapi di atas samudera jauh lebih indah

Aku benci sendiri. Aku ingin sang rupawan

Putri duyung tak dapat berlari. Putri rindu sang rupawan


Dia sangat menyukai ikan

Ikan adalah sahabatku, tahu apa yang kurasakan

Melihatku tindak tanduk lakuku membuat mereka tahu bahwa aku mengalami cinta

Padahal hatiku sedang sakit

Ku cari penyihir laut

Sekadar konsultasi atau berobat jalan

Penyihir laut diam lalu mengusir

Katanya aku tak butuh dia

Yang kubutuhkan adalah penawar mujarab

Penawar untuk menyembuhkan hati

Obat itu dinamakan cinta

Maka kan kucari cinta.


Aku tidak ingin menjadi putri duyung

Aku ingin manusia untuk menjadi teman hidup manusia

Melawan takdir dan kodrat alam semesta

Maka jadilah aku manusia


Setiap hari menjadi indah

Seindah perasaan MahaIndah ini

Sang rupawan meminta upeti sebuah puisi

Dan kulantunkan dalam alunan harpa yang menyanyi


Aku tidak ingin dikatakan pujangga

Yang hanya bisa melukiskan indahnya cinta dalam kata-kata

Aku ingin menjadi ibu peri

Yang menjadikan mimpi Cinderella menjadi nyata

Tapi apa daya, aku tetaplah pendosa

Yang menjadikan cinta sebagai berhala

Berhala yang patut kusembah.


Aku tidak perlu mencari Tuhan untuk mendapatkan surga

Tuhan telah memberi kamu


NutriSari Street Marketing Competition

Kira-kira dua bulan yang lalu, salah satu teman mengajak saya untuk menjadi anggota timnya dalam mengikuti kompetisi yang diadakan oleh NutriSari. Kompetisi itu berkenaan dengan keluaran produk baru NutriSari dalam kemasan kotak, bukan cuma sachet. Nah lho, kebayangkan? Makin banyak aja jeruk yang makan jeruk..


Kompetisi ini berlangsung pada tanggal 22 dan 24 November 2007. Tahap pertama kompetisi mewajibkan seluruh tim untuk mengajukan strategi pemasaran dalam menjual produk. Tim kami lolos seleksi tahap pertama. Terdapat 32 tim yang lolos dari berbagai universitas untuk berkompetisi di tahap selanjutnya. Sedangkan tahap kedua adalah tahap implementasi strategi pemasaran tersebut. Pada tahap ini, kami dituntut untuk menjual produk sebanyak-banyaknya dalam kurun waktu 9 jam. 12 tim yang berhasil melakukan penjualan terbanyak akan masuk ke dalam tahap grandfinal. Tantangan Bo’!!


Pada awalnya, tim kami merancang strategi dengan menekankan pada tool sales promotion dengan mengiming-imingkan insentif pada calon konsumen. Tapi, pada prakteknya, tim kami berpikir apabila ingin lolos dengan menjual produk yang banyak dalam kurun waktu yang sedemikian sempit, maka kami harus mengganti strategi dan target konsumen kami. Akhirnya, kami lebih menekankan pemasaran produk ke toko-toko atau grosir yang berpotensi sebagai calon konsumen utama. Sehari sebelum pelaksanaan lomba, seusai technical meeting dengan pihak panitia, saya dan Atun mencuri start. Kami melakukan negosiasi dengan para pemilik toko yang diperkirakan berniat membeli produk NutriSari dalam jumlah dus, bukan perkotak.


Saya bersama Atun (manusia yang tak kalah konyol, mengapa Tuhan menciptakan dia?), keluar masuk toko sebagai dua orang sales yang bodoh. Dari 6 toko pertama yang kami masuki, angka penjualan kami cukup fantastik, yakni 0, ya 0 BESAR!! Haha.. Tiba-tiba saja, saya yang tadinya tidak memiliki cita-cita dalam hidup menjadi mempunyai cita-cita yang amat luhur, yaitu.. tidak ingin menjadi sales!! Sumpah.


Putus asa? Sori menyori ya. Kami tetap memasuki toko-toko yang lain. Kami pun belajar dari kesalahan dan menemukan cara yang tepat dalam menawarkan produk, inilah percakapan tolol kami dengan penjual :


Kami (K) : “Sore, Pak! Ada NutriSari?”

Penjual (P) : “Ada (sambil memberi produk NutriSari kemasan sachet).”

K : ”Bukan yang ini, Pak! Tapi yang kotak, yang baru.”

P : “Oh, belum jual, Neng!”

K : “Tenang saja, Pak! Kami punya! Tereeeeng! (Sambil menunjukkan produk tersebut dengan senyum lebar. Saya membayangkan betapa konyolnya kami saat itu).”

P : (Kaget).

K : “Begini, kami adalah mahasiswa Fikom Unpad yang sedang mengikuti lomba ‘NutriSari Street Marketing Competition’, yang jelas kami bukan sales. Gak ada tampang kan, Pak?”

P : (Tertawa maksa, miris)

K : ”Va, keluarin KTM, Va!” atau ”Tun, buru KTM, Tun!!”

P : (Syukurnya, dia percaya)

K : ”Kami mau menawarkan produk ini, satu dus berisi 24 kotak dan kami jual seharga Rp. 50.000,00, sedangkan harga perkotaknya Rp. 2.100,00. Kami juga telah menanyakan pada pihak NutriSari, dan ternyata mereka pun menjual pada agennya seharga Rp. 2.500,00 @kotak. Bahkan kami juga telah mengadakan survey ke AlfaMart yang telah menjual produk ini, mereka menjualnya dengan harga Rp. 3.200 @kotak. Berarti, apabila membeli kepada kami, Bapak/Ibu bisa untung sebesar Rp. 1.100 @kotak, Rp. 25.400, 00 @dus. Kami tidak mengambil untung kok, karena yang ada dalam pikiran kami hanya bagaimana cara menjual produk ini sebanyak-banyaknya supaya bisa menang lomba. Gimana?”

P : (Masih diam)

K : “Penawaran menarik ini cuma berlaku hingga Jumat Malam saja, Pak. Karena lomba ini berakhir pada hari Sabtu. Jadi kalau bapak berniat memesan, saya bisa meninggalkan nomor handphone saya. Tapi penawarannya hanya sampai Jumat malam saja, lho. Bapak/Ibu tertarik?”

P : ”Saya tuh gak berani, Neng. Kecuali kalo mau titip produk saja. Lagian, jarang mahasiswa yang mau beli kotak-an gini, lebih mahal. Takutnya lama baru laku kejual”

K : ”Tenang saja, Pak. Masa expired-nya masih lama, masih setahun lagi hingga September 2008. Warung ini kan cukup laku, insyaAllah dalam waktu segitu bisa kejual. Kita doain deh, Pak. Lagipula, kalau tidak laku, bapak yang minum saja sendiri, enak kok, Pak, seger, hahaha” (Saya membayangkan lagi betapa tololnya muka kami saat itu)”

P : ”Harus satu dus?”

K : ”Iya, pak. Dijamin laku deh, Pak. Kan kita doain, tapi bapak juga doain yang suapaya kita juga berhasil menang lomba.”

P : ”Ya sudah, saya coba satu dus dulu”

K : “Yey!!”


(Kesimpulan, jikalau kami lolos, hal itu didasari oleh doa para pemilik toko)


Keesokan harinya, pada saat kompetisi tahap 2 berlangsung, kami juga memasarkan produk dengan menggunakan teknik personal selling person to person kepada mahasiswa Fikom. Kami memiliki muka tebal karena menjadi sales di kampus sendiri. Tapi hal itu justru menjadi keuntungan bagi kami. Kami tahu konsumen kami yang gampang dirayu. Tapi anehnya, setiap saya berkata, ”Beli 5 dapet Atun”, mereka malah mengurungkan niat untuk membeli, sial. Akhirnya, kami berhasil menjual 32 dus produk Nutrisari, dan berhasil lolos ke tahap grandfinal.



MENJELANG GRANDFINAL


Kami sadar bahwa target penjualan kami harus gila-gilaan. 100 Dus. Orang tolol mana yang menetapkan angka itu. Oh, setelah dipikir-pikir lagi, orang tolol itu adalah saya, haha. Tapi lebih tolol teman-teman saya, karena mereka mengiyakannya. Bener gak? Yah, intinya, kami ini sangat optimis, optimis yang nyerempet takabur..


Akhirnya, Malam itu juga, setelah pengumuman, 2 hari sebelum tahap grandfinal, kami mulai mencari mangsa, target pasar mulai dilebarkan. Suasana saat itu sudah seperti di WallStreet. Dan saya adalah bandar! Di dalam mobil yang cukup tua dan aneh itu, kami berempat memegang handphone mencari mangsa yang bisa dipaksa. Keadaan saya? Tangan kiri memegang handphone menelepon mangsa, tangan kanan memegang pulpen dan kertas untuk mencatat transaksi yang sudah berhasil dinegosiasikan. Lalu saya berpikir lagi dengan pemikiran yang sangat jenius, ”Aha, rupanya saya bukan hanya bandar. Saya lebih mirip sebagai cici toko!! Saya naik pangkat!” Thanks for guru matematika dan akuntansi yang telah mengajarkan saya berhitung dengan menggunakan otak, bukan kalkulator.


Dengan tenaga yang tersisa, malam itu juga, kami masih memaksakan tenaga untuk bermain ke Terminal Teuwipanjang menjajakan penawaran. Atun mulai gila, otak mulai bergeser. Tiba-tiba para penjual tidak mengaku bahwa merekalah empunya toko, mereka saling tunjuk satu sama lain karena takut dengan muka Atun yang mulai tidak berbentuk, mukanya mulai menyerupai siluman jeruk. Dan saat itu, Atun yang sudah stres cuma bisa berkata, ”Yah, siapapun lah diantara lo berdua yang punya nih toko, dengerin gua dulu” Hahaha, goblok!! Bahkan ada Pak Haji yang mempunyai grosir di terminal tsb sampai kabur gara-gara Atun.


Yah, gak banyak sih produk yang terjual, abis kelakukan penjaga tokonya juga aneh. Masa, 1 dus NutriSari kotak mau dituker pake dodol?? Kita butuh duit.. Oya, si Atun saking gebleknya, masa dia nawari NutriSari ke toko plastik? Ya jelas aja di tolak, hahaha.. Tapi usaha Atun udah maksimal kok, rambutnya yang kena korban mode (rebonding) udah sampai garuk-garuk aspal. Tapi usaha kita gak sia-sia kok, sebelum pelaksanaan lomba, kita berhasil menarik konsumen untuk inden ke kita hingga 81 dus, lumayan..



GRANDFINAL


Selain mendistribusikan produk kepada pihak yang sudah inden, kami juga tetap menjajakan produk ke grosir yang belum kami datangi. Sampai berakhirnya jam kompetisi, kami berhasil mencapai target, kami berhasil menjual 104 dus. Oya, hadiah untuk pemenang pertama itu adalah jalan-jalan ke Bali. Dan setiap kali pihak panitia bertanya, ”Wah, gimana caranya bisa ngejual 100 dus NutriSari dalam kurun waktu 9 jam?” Saya pun menjawab, ”Hah? Barangnya masih ada tuh dikosan, rencananya baru dijual di Bali”.. Biarinlah si panitia mau bilang gua bego atau apa.. Tapi yang jelas gua udah capeeekkkkkkk, lapeeeeeeeeerrrrrr.....


Pas hasil pemenang diumumkan, ternyata kami harus berpuas diri dengan hanya berada pada pemenang ke tiga. Tapi cukup miris juga, karena perjuangan kami yang udah sampai lupa napas harus dikalahkan oleh pihak yang memiliki uang banyak. Kenapa? Karena saat pemenang pertama menjelaskan tentang siapa saja yang membeli produknya, ternyata ia mengatakan ”Yang membeli produk kami itu papa saya, mama saya, tante saya, dia, dia, saya juga beli (dia, yang dimaksud dengan DIA adalah temannya satu tim).. Well, congrats, ya!! Tapi jangan sampai kalian ke Bali dalam keadaan sakit perut karena kebanyakan minum NutriSari. Untuk pemenang kedua, mereka dibantu dana oleh Rektorat Universitas. Kalau mau tahu nama kampusnya, cari aja kampus yang paling banyak punya stock NutriSari kotak-an, hehe. Sedangkan kelompok kami? Mati-matian keluar masuk toko dan jadi telemarketer dengan mengandalkan suara emas untuk merayu..


Anehnya, gua gak kecewa-kecewa amat kok.. Itung-itung pengalaman. Untuk pergi ke Bali gua gak perlu ngandelin duit si NutriSari. Nanti, pakai duit yang dihasilkan dari ilmu yang telah gua pelajari selama beberapa hari itu. Lagian, ke Bali tuh pakai pesawat, masa pakai jeruk?? Satu hal lagi yang gua pelajarin, apabila kita ditolak sebagai sales, jangan pernah menyerah, cari celahnya. Jadikan kata ”NO” dari mulut target yang kita tawarkan sebagai singkatan dari ”Next over” atau ”Next Offer”.


Well, satu lagi pengalaman bodoh dalam hidup gua, mau-maunya lo jadi korban kapitalis, digoblokin sama NutriSari! Hehey, jangan salahin gua, salahin temen dan dosen gua yang nyuruh ikutan kompetisi macam ginian..