Sunday, December 28, 2008

haruskah takut?

Dirundung kenyataan pahit menghadapi kematian.
Mereka akan shock apabila mendengar salah satu dari mereka telah pergi untuk selamanya.
Suatu takdir yang tidak bisa ditolak.
Sesuatu yang sudah ditentukan masanya ketika ia dilahirkan.
Sesuatu yang sangat dekat dengan manusia.

Tidak ada yang tahu kapan mereka akan tiba pada masa itu. Padahal konsekuensi kehilangan harus diterima. Kehilangan sementara ataupun selamanya. Kembali dan tidak akan pernah kembali. Hanya kekuatan hati yang dapat menahan kepedihan. Dan keikhlasan yang akan memudahkannya. Manusia yang sombong selalu menganggap bahwa waktu mereka menjalani hidup didunia masih sangat panjang. Akantetapi ketika mereka menghadapi sesuatu yang tidak sanggup untuk dihadapi didunia, kata yang pertama kali terbayang adalah mati. Jalan pintas untuk mengakhiri penderitaan hidup. Satu kata yang membuat manusia sombong tersebut menjadi seorang yang pengecut.

Beberapa diantara mereka sudah tahu kapan ia akan berakhir. Walaupun tidak tahu kapan tepatnya. Mengetahui setelah mendengar vonis dari seorang ahli bernama dokter. Tiba-tiba dokter bisa menjadi Tuhan jadi-jadian. Keahlian dalam menerka apakah manusia masih bisa bertahan didunia atau tidak. My God, tiba-tiba pula bernafas menjadi hal yang menenangkan. Saya masih dapat bernafas.

Mengapa manusia takut dengan mati? Bagaimana dengan saya? Takut dan tidak takut. Tidak takut karena memang sudah seharusnya. Dan takut karena tidak memiliki pengetahuan tentang hidup seperti apa yang akan dijalankan setelah mati. Dosa siksa dan neraka? Atau reinkarnasi atas karma yang telah diperbuat dalam kehidupan sebelumnya. Bisa saja saya mati sekarang, saat mengetik kalimat-kalimat ini. Tapi ternyata belum, belum waktunya.

Pernah ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dekat? Ayah ibu kakak adik kakek nenek keluarga teman, atau kekasih? Menangis semalaman suntuk, by Audi. Betapa berartinya seseorang setelah mereka tiada. Pikiran dihujani tentang kenangan yang meninggalkan. Kesedihan hanya bisa diratapi. Kenyataan bahwa mereka tidak bisa melihat seseorang yang dikasihinya lagi. Hidup memang sangat indah, dan sebaik apa kalian bisa membuatnya menjadi indah. Meracik kepedihan menjadi kesenangan..

Pendengaran yang aneh

Gue pengen cerita sekilas aja, tentang keanehan. Entah kesalahan ada dikuping gue atau lidah mereka?

Pendengaran aneh 1
Supir : ”Vi kemaren ada yang nyari tuh ke rumah”
Gue : ”Siapa?”
Supir : ”Ga tau. Temennya katanya”
Gue : “Laki atau cewe”
Supir : “Cewe”
Gue : “Masa dia gak ngasih tau namanya?”
Supir : “Ya gak tau juga ya, tapi biar Doorprise katanya........”
Gue : %@@@###??? WHAT???

Pendengaran aneh 2
Rese : “Semuanya sudah siap? Udah oke? Ini udah? Itu gimana”
Kita : “Siap..”
Rese : “Duh, mukanya kok pada tegang banget sih”
Kita : (biasa aja kali, namanya juga mau mulai acara. Lo sapa sih?)
Rese : “Yaudah yu temen-temen, kita berdoa dulu”
Kita : (Emang, lo siapa sih? Bossy gla dari tadi..)
....berdoa.....berdoa selesai...
Kita : (baru mendongak kepala setelah berdoa)
Rese : Okeey semua, ITS TIMESHOW!!
Kita : %@@@###??? GEDUBRAK!!

Pendengaran aneh 3
Gue : (Sedang melihat acara gossip pagi)
Host : “Anda cantik sekali ya.. Sebagai puteri, bagaimana cara menonjolkan kecantikan?”
Bintang : “Cantik itu akan terpancar dari dalam diri seseorang dengan otomatis”
Host : ”Maksudnya?”
Bintang : ”Orang yang merasa cantik & pede, itu akan menstimuli dirinya terlihat cantik, terpancar aura”
Host : ”Oh, betul juga ya.. yang ngeliat juga jadi bisa menilai karena dia auranya ya”
Bintang : ”Iya, jadi cantik pada dasarnya memang sudah melekat”
Host : ”Lalu bagaimana anda mendefinisikan arti cantik itu sendiri”
Bintang : ”Well, cantik itu kan Alternatif............” FYI, bukan salah sebut karena diulang 2x.
Gue : %@@@###??? Pengobatan kaleeeeee..

Pendengaran aneh 4
Mendengar cerita teman akan acara gosip dimana terdapat dialog aneh.
Wartawan : ”Jadi gimana menurut mbak?”
Artis : ”Eh mas, who do you think you is……..???”
GUE : %@@@###??? WAIT!!!

Dunia tanpa lagu

Kemarin ada yang ngasih gue cd BCL.
Ada beberapa lagu yang gue suka di album itu soalnya, hehe. Salut buat mereka yang bisa mencipta lagu, baik lirik, dan terlebih lagi musik. Irama apa yang mengalun dalam pikiran mereka sehingga tercipta ketukan-ketukan not yang dirangkai menjadi lantunan yang terdengar menyenangkan di telinga.. misal pada bagian, ”Bagaimana bila aku cinta kau, dari kekuranganmu hingga lebihmu” – Tentang Kamu. Walaupun belum pada tahap sedang mencintai, tapi gue bisa ngerasain bagaimana perasaan seseorang yang merasa gak kuasa jatuh hati pada seseorang lain dengan segala sesuatu melekat pada dirinya. Bagus. Bagaimana dunia tanpa lagu? Walau musik bukan jalan hidup gue (hehe, gue selalu bilang kaya gini karena gue bukan tipikal orang yang beli cd atau kaset, copy lagu di mp3, download video atau lagu, pengumpul lirik, dll..), tapi hidup bakalan makin hampa kalo tidak ada soundtracknya.

Setiap orang pasti pernah mengclaim bahwa ”Wah ini lagu pas banget dengan gue/keadaan gue” atau ”Ini dia lagu pengantar bunuh diri paling indah”. Bahkan saat terdiam pun, bergumam penuh nada bisa menjadi teman. Sayangnya, gue gak bisa main alat musik. Sayangnya, gue udah lupa sama yang namanya not balok. Sayangnya, gue gak punya kemauan lebih dan tertarik mengeksplore sebuah musik. Mungkin apabila ”tidak sayangnya”, akan tercipta banyak lagu untuk menggambarkan setiap moment. BENG BENG, asik berat hidup ini. Sayangnya, suara gue gak bagus-bagus amat (gue gak rela kalau harus didaulat sebagai manusia yang tidak tahu nada, haha), coba kalau iya?? Mending alih profesi jadi penyanyi yang bisa ngomong, ”Yang di sudut sana!”, atau ”Bisa bantu angkat tangannya”, ”Bisa bantu saya nyanyi?”, atau ”Say!” yang sedang konser, hahaha.. itulah yang sering dilontarkan band-band papan atas dan artis terkenal ibu kota lainnya dari atas panggung gembira. Kemudian segera menyihir para penonton yang hadir maupun dilayar kaca untuk mengikuti apa yang diminta.. tak jarang pula mereka dielu-elukan, bahkan dirindu saat sempat absen tampil.

Hahaha, sumpah gue pede gila. Sempet waktu itu pas gue bareng temen-temen lagi ke suatu Lounge di daerah Kemang, ada penyanyi yang menemani para tamu kan tuh. Terus tiba-tiba aja ada temen yang berinisiatif (baca : menjebak) dengan berteriak, nih ada yang mau nyanyi nih. Si penyanyi bilang, ”Ya silahkan.. siapa?”.. Gue uda punya firasat buruk, apesnya disitu gak ada buku (gaya pura-pura kalo gak ngeliat kalo bu guru nanya ”ada yang mau ke depan buat jawab” MODE ON). Dan berhubung nama gue udah disebut dan semua mata sudah memandang gue dengan antusias, yasudahlah. Mungkin gue kepedean ya jadi orang, haha.. tapiiiii gue gak rela kalo gue dipandang sebagai orang yang gak berani. Hahaha.. Dan setiap langkah yang gue langkahkan menuju standing mic, setiap pula aku semakin yakin bahwa para tamu itu akan mendapatkan kekecewaan yang maha dashyat apabila mendengar nyanyian merdu gue (jangan bayangin suara gue gak ok ya, hanya saja tidak sebagus KD atau 2 diva lainnya (makanya namanya 3Diva, kalo suara gue se-oke mereka pasti gue uda dipaksa gabung, sempet ikut berantem sama Erwin Guttawa, hehe).. Dan lo tau apa booooookkk? Gue nyanyi dua lagu aja lho, haha nambah, najis.. Setelah gue selesai nyanyi, alhamdulillah masih pada gak enak hati memberikan tepuk tangan. Yayaya, makasi ya..

Tapi salut sih sama BCL. Dia kan dulu artis sinetron banget pan tuh.. Tapi sekarang bisa total merubah image jadi penyanyi aja gitu, good.. suaranya lama kelamaan juga jadi enak didenger.. Nah sekarang bagi gue untuk menemukan jalan hidup. Apa yang ingin gue kerjakan, yang bisa disetarakan dengan hobi.

Friday, December 26, 2008

Gue gak suka pilihan, tapi gue sangat suka hidup..

Mana yang lebih baik saat hujan membuat lo bahas kuyup sehingga lo harus ngeluh karena cipratan tanah basah nempel di sela-sela jari kaki.. atau panas matahari yang bisa bikin kulit belang dan mengundang keringat buat membasahi badan sehingga orang lain harus ngeluh tercium bau matahari gara-gara lo??

Manusia memang selalu dihadapkan oleh pilihan, tapi apapun pilihan tersebut, yang selalu dipertimbangkan adalah bagian negatifnya dulu.. Hidup gak akan pernah bener kalo cuma liat dari sisi jeleknya.

Gue gak suka dalam situasi memilih, tapi gue sangat suka hidup.. dan untuk hidup, gue akan selalu dipertemukan dengan pilihan, syiiit..
Dan sekarang, saat kita gak punya pilihan sama sekali, ada 2 kasus. Yang pertama adalah gak punya pilihan, karena gak ada yang bisa dipilih, atau ketika gak ada yang harus dipilih juga, ini adalah pathetic. Kasus yang kedua adalah saat kita gak berhak milih, padahal ada dua pilihan.. Situasi memaksa kita untuk memilih yang ini, bukan yang itu. Hal ini adalah derita.

Puteri cantik dan Pangeran Kodok, #3

Kacung kerajaan bisa dipercaya, dan Maria sungguh tak peduli apabila sepucuk surat yang dititipkan untuk Beeyan akan bocor dan tersebar ke seluruh kerajaan. Yang penting Beeyan tahu apa yang aku rasakan, itu lebih Maria butuhkan. Maria tidak pernah berharap bahwa keadaannya akan kembali seperti dulu, bahwa Beeyan akan kembali untuknya. Ia tahu bahwa itu merupakan hal yang tidak mungkin, TIDAK MUNGKIN!! Akan tetapi, ia sangat butuh dukungan dari Beeyan, apapun bentuknya.

Dua kali penampakan bulan sudah terlewati, dan pada penampakan yang ketiga, datang sesuatu yang ditunggu oleh Maria. Sepucuk surat balasan dari Beeyan.

”Sungguh aku tidak pernah berpikir bahwa engkau merasa tersiksa. Kebodohanku adalah menjadi seseorang yang merasa dirinya adalah orang yang paling dirugikan. Menghapus perasaanku sama saja seperti dipaksa ke dalam lingkaran waktu saat aku belum pernah bertemu denganmu. Maaf, aku tidak tahu. Maaf pula karena telah menyudutkanmu ke dalam kondisi seperti ini. Seandainya kau tidak pernah bertemu denganku saat itu, seandainya aku tidak melewatkan musim panas di satu sekolah yang sama denganmu, seandainya aku tidak pernah mencoba menciummu, keadaannya tidak akan sesulit ini. Konsekuensi paling pahit yang harus kutelan karena mencoba mendekati dan memilikimu. Tapi aku tidak pernah menyesal sedikitpun. Mencintaimu adalah hal paling indah yang tidak pernah bisa kutolak. Walau perasaan ini dihujat tabu. Seorang manusia biasa yang tidak mungkin bersama seorang Puteri Kerajaan. Seperti janji yang pernah kuucap, aku tidak akan pernah meninggalkanmu Puteri. Berada di sampingmu adalah kebahagiaanku, mencintaimu adalah kutukan bagiku, dan tidak mencintaimu adalah ketidakuasaanku. Kini aku sudah memutuskan untuk ikhlas, ikhlas untuk tidak mengharapkanmu sebagai seseorang yang dapat bebas kugandeng dalam kehidupan 10 atau 20 puluh tahun lagi. Biarkan aku bisa menerima semuanya dan menciptakan kebahagiaanmu dengan caraku sendiri. Tidak akan kubiarkan engkau tersiksa dengan semua ini, tidak akan. Aku harus bertanggung jawab. Karena kehadiranku engkau menjadi kacau, dan kini tak akan kubiarkan akhirnya seperti ini.”


Beeyan muncul mengamatinya Maria dari jauh. Ketika Beni masih sering bersama Maria. Ketika Maria masih mempersilahkan Beni untuk menemani dirinya menjalani aktivitas. Beeyan sabr, ikhlas, dan menangis dalam hati. Dulu Beeyan lah yang ada dalam posisi tersebut. Ia sadar bahwa Maria pun tidak ingin, hanya saja tidak kuasa menolak kehendak Ibu Suri dan Raja. Beni sedang menunggui Maria keesokan paginya. Beni tidak memberikan kesempatan bagi Beeyan untuk menghampiri Maria. Begitupula dengan keesokan harinya. Selalu begitu, hingga pada minggu berikutnya Beeyan memiliki kesempatan untuk bertemu, Maria yang mengajaknya.

Maria senang meilihat sosok Beeyan dihadapannya. Maria mencium pundak mantan kekasihnya tersebut. Beeyan harus menahan, menahan untuk tidak memeluk Maria. Bagaikan dicambuk rotan. Menahan diri untuk tidak berbalik dan memeluk seseorang yang sudah sangat ia hapal..

”Apa kabar”, Beeyan mulai membuka percakapan.
”Keadaan mulai memburuk, Bee. Aku ga tau harus gimana.”
”Kamu masih bisa menolak kalau kamu mau.”
”Gak bisa, Ibu dan ayah maksa. Sedangkan Beni bisa banget ambil hati mereka.”
”Terus kamu mau gimana. Tetap memaksakan pernikahan ini?” tanya Beeyan, lirih.
”Mau gimana lagi. Hidupku sudah seperti di neraka. Kamu liat aja ya, aku bakalan bikin hidup Beni seperti di neraka nantinya. Dia gak pernah sadar bahwa cintanya lah yang menciptakan neraka”
“Beni sendiri gimana ke kamu”
“Sebenarnya Beni baik sih, Bee.. tapi masalahnya adalah aku gak cinta. Aku gak pernah suka sama dia..”
“Terus kenapa kamu masih mau? Kamu bisa bilang kan sekarang kalo kamu nolak” tanya Beeyan.
”Gak segampang itu Bee.. kamu gak ada diposisiku dimana aku terpojok. Pernikahan ini sudah melibatkan dua kerjaan. Ayah sama Ibu sudah sounding ke kerajaan-kerajaan lain.”
”Kan masih ada waktu, masih 4-5 bulan lagi. Gini ya, kamu masih punya kesempatan untuk bilang enggak. Aku ngomong begini bukan karena aku yang masih cinta kamu, atau berharap tentang kamu. Enggak. Aku ngomong begini karena aku pengen kamu bahagia”, bujuk Beeyan.
”Aku udah gak punya kebahagiaan lagi. Aku udah mutusin untuk berpisah nanti dengan Beni.”
”Hah?” Beeyan kaget.
”Sekali aku jadi orang jahat, selamanya aku jadi orang jahat. Aku udah jahat sama kamu Bee, aku yang ninggalin kamu. Aku jahat sama Beni karena aku pura-pura mau sama dia. Aku jahat sama orang tuaku, karena aku membohongi mereka. Dan aku paling jahat dengan diriku. Sekali aku jadi orang jahat, selamanya aku akan di cap jadi orang jahat. Kenapa gak sekalian saja aku jahat? Aku akan cerai dengan Beni nanti.”
”Kenapa? Ngapain kamu nikah kalo akhirnya kamu tahu akan pisah sama dia,” Beeyan bingung.
”Setidaknya aku udah nyoba dan alasan ini yang bisa aku kasih ke orang tuaku. Sekarang gini, Bee.. aku udah punya daya apa-apa lagi. Mereka nuntut aku untuk menikah. Dan tidak pernah ada yang kutunjukkan pada mereka, seorang pangeran yang aku cintai.”

Beeyan diam menyadari bahwa dirinya bukanlah Pangeran. Dan menjadi manusia biasa menampar dirinya seakan-akan orang hina yang tak pantas untuk Puteri. Tapi itu adalah takdir, tabu untuk dilanggar.

”Kamu kan tahu, bee.. dua tahun kebelakang aku selalu bareng kamu. Cintaku cuma buat kamu. Gak ada Pangeran lain juga yang bisa aku bawa kehadapan mereka. Jadi selama ini mereka juga ketakutan bahwa aku tidak akan pernah menikah. Aku juga gak bisa bilang ke mereka kalo ternyata aku sudah punya kamu. Maaf banget Bee, maaf”
”Iya, aku ngerti gimana kondisi kamu. Karena aku, hidup kamu jadi gak karuan. Harusnya aku gak pernah masuk. Harusnya dua tahun kebelakang ini adalah waktu bagi kamu untuk bersama seorang Pangeran, bukannya manusia biasa sepertiku.”
(Mereka diam..)

”Aku gak tahu deh Bee gimana hidupku selanjutnya..”
”Gini ya sayang, kamu dengerin aku. Aku gak pengen kamu jadi orang jahat. Seandainya kamu nanti harus nikah, tolong jaga jangan sampe pisah. Bukannya kamu malah nyakitin orang tua kamu? Dia? Dan keluarganya?”
”Tapi aku gak bisa kalau harus nolak pernikahan itu sekarang, Bee..”
”Kenapa?”
”Karena aku harus jaga nama baik keluargaku.. Ini sudah melibatkan dua kerajaan. Satu-satunya jalan saat ini adalah aku buat keadaan supaya Beni yang membatalkan pernikahan ini. Harusnya dia bisa liat kalau aku gak suka sama dia. Dan pernikahan ini adalah bencana baginya.”

Thursday, December 25, 2008

Thopansyah Ali Rachman

Kemarin hidup gua emang hampa giilaaa, sama sih kayak sekarang, haha. Tapi berhubung hari hujan, menjadikan pemandangan di luar menjadi lebih bersahabat. Sahabat??? Anyway, hari ini libur, tapi gua habiskan dengan nonton, tidur, maen internetan sampe bego. Tadinya mau jemput bokap, tapi gak jadi. So, being stuck at home, but im still trying to enjoy my day, with sing a glad song.. seperti biasa, haha. Tapi tetep aja hampa.. Berbicara tentang hampa, kemaren gue ketemu online bareng temen jaman masa kuliah dulu. Namanya Thopansyah, biasa dipanggil Oo (ini adalah nama sebenarnya).

Beberapa kali namanya pernah disebutkan dalam blogy. Bahkan fotonya pun kubiarkan dipajang di fb maupun fs. Jika aku pernah bercerita tentang Rully Anggia, Julia, Mitha, dan kini akan kuceritakan sedikit tentang pria itu, yang biasa dipanggil Oo.

Aku tidak pernah mengingat kapan pertama kali aku bertemu dengan dia, atau bahkan berbicara langsung dengannya. Tapi, siapa sangka orang itu menjadi salah satu sahabat terbaik yang aku punya. Dan laki-laki yang paling dekat denganku. Dimana aku bisa bebas bercerita tentang sesuatu dan meminta kepadanya. Berterimakasih dan melontarkan kata maaf. Duh o, kok tiba-tiba pengen nangis yaa.. cemen banget gue..
Gapapapa ya cerita aja di sini.

Aku mengenalnya disemester awal perkuliahan. Tiba-tiba semester satu lewat dan aku tidak pernah berbicara dengannya (bener gak sih o??). Semester 2 sudah dipertengahan, dan kami akhirnya tergabung dalam satu kelompok untuk membuat tugas praktek yang acaranya diberi judul ”What the Health is going on?” Waktu itu aku mungkin lebih dekat dengan teman pria lainnya, seperti Alfa ataupun Eja. Oo hanyalah sebuah nama baru dalam kelompok kami. Tidak biasanya ia bergabung, maklum dia sudah punya geng tersendiri. Begitupun dengan aku dan yang lainnya, hingga suatu saat, anak bongsor tersebut menghampiriku dan berkata, ”Masih muat gak? Saya boleh gak masuk kelompok kalian? Atau udah pas?” uuuunttuuuuung kamu masuk kelompok kita ya, kalau enggak kita gak akan pernah nge geng.. hehe.

Hingga akhirnya setiap ada tugas kelompok, ia selalu menjadi bagian dalam kelompok yang sama denganku. Tugas siaran radio, bikin film, live siaran langsung, fotografi, atau mata kuliah teori penuh kebusukan lainnya.. selalu ada nama Thopansyah dengan NPM KIC040068 dan Vintya dengan NPM KIC040086, Cuma beda dua angka, itupun kebalik hehe. Kebetulan saat itu kami memasuki jurusan yang sama, dibawah payung Manajemen Komunikasi. Unttttuuung ada Oo, ia adalah teman satu tim yang sangat bisa diandalkan. Sumpah, kemampuannya dalam bidang visual dan komputer membuat saya berpikir bahwa itu adalah mukjizat yang diberikan Tuhan olehnya. Bagaimana tidak jika ia bisa dengan cepat belajar software-software terbaru hingga akhirnya anak bandel kayak dia bisa ditawarin sebagai asisten dosen?? Untuk dua mata kuliah?? Oo, anak yang sering cabut (semenjak jadi temen gue, gak pernah cabut lagi kan?), yang sering ngantuk, gak pernah dengerin dosen, hahaha.. Its like gift.. Karena dia pula maka setiap tugas kelompok kami dinilai dengan angka fantastis, hehe..

Bukan hanya itu saja, Oo adalah teman kesayangan kayanya.. coba tanya ijul, tita, tatis, alda.. dia adalah tempat curhat paling aman, atau tempat gosip yang paling bisa gue korek (makasi ya untuk update-annya, saya selalu menjadi orang yang tahu berita terbaru dari mulut anda, haha tapi gak pernah disebarin kok), orang yang paling bisa dimintai bantuan dengan berkata, ”tenang aja, nanti sama saya aja”, orang yang bisa diandalkan, bahkan rumahnya menjadi tempat penampungan teman-temannya yang terbuang. Walaupun ia tipikal cowo yang bawel dan terkadang suka mengeluh kalo moody-nya kumat, tapi tetap saja ia menyenangkan. Dimana gue bisa bercerita tentang apapun, meminta tolong apapun, dan bertukar pikiran.

Ketika mahasiswa harus memilih konsentrasi, aku memilih konsentrasi Marketing Communication. Dan gosipnya ia akan memilih konsentrasi media. Beberapa teman dekat lainnya sudah memilih konsentrasi Training dan consulting (tatis, alda, alfa). Aku dan ijul sudah mantap PILIH Marcomm, sedih memang karena harus berpisah dengan mereka. Tapi eng ing eng si Oo malah milih konsentrasi Marketing Communication aja lho?? Haha, senangnya. dengan demikian, sampe gue lulus dia bakalan satu kelompok sama saya.. Maaf ya kalau ribet sekelompok sama saya yang agak-agak perfeksionis, haha. Untung yey sabar sama eike.. haha. Anyway ya, bukannya udah bulet ya milih konsentrasi media?? Ngaku aja deh sekarang!! Pasti pindah gara-gara gue kan??? Hahaha...

Yang bagian ini ceritain aja ya O, bukan buat pamer, tapi saya pengen semua orang tahu bahwa betapa besarnya hati kamu, setidaknya di mata saya. Lagian semua orang juga udah tahu, bahkan jauh sebelum saya menyadarinya. Gak ding, saya gak pernah sadar sampe waktu itu kamu menyatakan perasaan kamu yang sebenernya. Terus terang saya kaget. Saya gak tahu ternyata akhirnya kamu punya perasaan yang lain, yang berbeda. Maaf waktu itu saya gak bisa bilang iya dan menjawab dengan alasan yang tepat. Yang ada di kepala saya adalah saya hanya takut kehilangan kamu sebagai seorang teman. Teman dekat dan terbaik. Tapi waktu itu, kamu janji bahwa setelah itu gak akan ada yang berubah.

Dan janji itu kamu tepati, bahkan hingga saat ini..saat saya gak ada lingkungan yang sama, terpisah 200an km. Dimana ketika punya masalah saya akan nge-buzz messenger kamu buat cerita.. makasih ya buat bantuannya, ijazah saya pun kamu yang urus, hehe.. kesannya sampe lulus juga ngerepotin, maaf ya ;(.. saya melihat banyak kebaikan dalam diri seseorang bernama Thopansyah Ali Rachman, bukan hanya kebaikan untuk saya.. tapi kebaikannya untuk teman lainnya juga. Ketulusan dan kebaikan kamu bisa membuat saya beryukur betapa Tuhan sangat baik karena telah meracuni kamu buat gabung ke kelompok (geng gue dan sekarang jadi geng kita) yang sama ketika pertengahan semester dua beberapa tahun lalu. Hingga akhirnya kita bisa bermain dan belajar bareng. Oo, kadang saya suka ngerasa hampa, dimana saya bingung karena tiba-tiba ngerasa gak punya temen. Tapi saya selalu ngerasa kamu adalah teman yang selalu ada, walaupun jauh. Mudah-mudahan gak ada yang berubah. Terus terang saya kaget dengan apa yang kamu omongin beberapa minggu lalu (hal ini sengaja gue gak ceritakan). Tapi saya pengen bilang, makasi karena sudah mempunyai hati yang besar, makasi karena gak kabur setelah hari itu, gak berubah sedikit pun, tetep menjadi teman yang baik, yang bodoh, yang tolol.. makasi ya.. J Makasi Tuhan.

Puteri cantik dan Pangeran Kodok, #2

Baca dulu sebelumnya, part 1
Kesabaran dan ketabahan adalah hal yang paling tidak ingin putri rasakan. Setiap kali bersabar maka setiap kali itu pula muncul masalah. Putri itu bernama Maria, sama halnya dengan nama perempuan suci. Bayangan kekasihnya masih ada, tidak dapat dilebur dalam serpihan kekecewaan.

Ia sudah mulai menerima kenyataan bahwa Beeyan tidak dapat mengisi masa depannya. Padahal ia ingin. Dan kini, setiap harinya ada seorang lain yang mulai mengikuti gerak-gerik Maria, Pangeran ”Beni” Kodok. Sebenarnya Beni bisa dikatakan cukup baik (bukan tampang lho ya, tapi sopan santunnya). Masalahnya adalah, Maria tidak pernah suka, mau dipaksa ataupun cuma-cuma.. Sedangkan Beni dengan lihainya telah berhasil mencuri hati seluruh bangsawan kerajaan, hingga akhirnya berani meminta kesediaan ayahnya yang tersohor untuk mengunjungi Maria dan keluarganya. Beni mulai memiliki firasat bahwa ia akan dapat mempersunting Sang Putri dalam beberapa bulan kedepan. Dan saat ini adalah waktunya untuk menyiapkan segala sesuatunya dengan rapih. Setiap hari Beni mengunjungi Ibu Suri, berbicara tentang tanggal pernikahan, kostum, undangan, hingga pernak-pernik untuk dibawa pulang oleh undangan dari seluruh penjuru. Ada 700 undangan yang akan disebar.

Beeyan hanya bisa meratapi kesedihannya sendiri. Menangis dalam istal kuda yang terletak di pinggiran halaman belakang kerajaan. Ia tidak sanggup mendengarkan setiap orang berbicara tentang pernikahan kekasih hatinya. Sudah waktunya bagi Beeyan untuk segera bangun dari mimpi dan bersiap ditikam oleh realitas. Andai ini mimpi, maka sudah dicubit dirinya sendiri untuk terbangun. Sialan. Ini tetap bukan mimpi. Atau bahkan dongeng dimana sang Pangeran Kodok berani-beraninya mendekati Putri Cantik. Bagaimanapun juga Beeyan tidak memiliki daya. Tidak ada semangat. Hidup segan, matipun tak rela. Beeyan tabah dan mulai sadar bahwa ia harus memulai kehidupan yang baru. Kehidupan seperti apapun dimana tidak ada jejak sang putri.

Hujan, bahkan langit menangis untuk beeyan yang berpikir bahwa ia telah dizalimi sebongkah cinta. Sebuah perasaan yang diibaratkan seperti buah manis yang memiliki banyak biji beracun didalamnya. Ketika biji itu tidak sengaja tersedak, maka siapapun yang memakannya akan mati perlahan. Beeyan salah, Maria pun menangis. Walau tampak bahagia, Maria tersenyum di atas penderitaannya. Maria tak kuasa melihat sang ayahanda yang terbaring di singgasana kerajaan. Ayahnya sakit, dan Maria mendengar permintaan sang ayah untuk menikah dengan Pangeran Beni. Ucapan dengan nada lemah yang keluar dari mulut sang ayah yang ia cintai, melebihi apapun di dunia ini. Maria merasa tersiksa dan mulai sadar bahwa ia telah membangun nerakanya sendiri, neraka untuk masa depannya.

Beni merasa lega. Puteri yang selalu dikejarnya itu telah luluh kepangkuannya. Dan berkata, ”Yes, I will”. Dan itu cukup. Hari berganti hari, Beni mulai overprotektif. Membatasi pergaulan Maria. Maria jengah. Ia pun mulai marah, tidak adil dan ingin berteriak TIDDDDDDDAAAAAAAAAAAAAAAAKKK. Overprotektif adalah suatu tindakan yang membatasi, bahkan ini terlihat seperti berusaha menutup semua akses pergaulan sang Puteri. Beni lupa betapa supelnya seorang Maria, yang memiliki banyak teman beserta cinta dari mereka. Beni lupa bahwa ia sudah berteman dengan mereka jaaaauuh sebelum ia mengenal Beni. Cukup sudah dengan menjauhkan Maria dengan Beeyan. Apa itu masih kurang? Bahkan Maria pun rela menyakiti hatinya karena ia telah menyakiti orang yang telah ia cintai.

Beeyan merasa dunia sedang tidak berpihak kepadanya. Hanya bisa memutar balik seluruh memori yang dimilikinya dengan Maria. Maria yang sangat perhatian. Maria yang tidak pernah bosan bersamanya. Maria yang membuatnya tertawa tiap kali berbicara. Kehilangan perhatian Maria sama saja melawan efek candu yang luar biasa. Merusak organ tubuh yang penting. Ia ingin bertemu Maria. Tak peduli apakah Maria masih memiliki cinta untuknya atau tidak. Yang penting ia masih mencintai Maria. Selamanya.

Beeyan diacuhkan. Pedih. Beeyan ingin menghilang supaya dicari. Beeyan ingin dipedulikan. Beeyan ingin mati, bunuh diri pakai peniti. ”Pernah kau berpikir betapa rusaknya hari-hariku?”

Maria tidak sanggup lagi, cukup! Beni mulai keterlaluan. Pangeran sialan. Mengapa keluargaku sangat menyukainya? Tuhan, apa yang harus Maria lakukan? Dipanggilnya sebuah kacung kerajaan. Sudah saatnya ia mengadu pada Beeyan. Tidak ada yang bisa ia lakukan lagi sekarang, setidaknya Beeyan harus tahu apa yang ia rasakan saat ini.
bersambung.

Wednesday, December 24, 2008

banyak omong lo, vi!

Apa yang membuat hati menjadi hampa.. ketika menengok ke samping tapi tidak ada yang menatap sesuai yang diharapkan.. atau ketika menghitung, teman yang ada tidak lebih dari jumlah ruas buku jemari tangan.. dan saat duduk manis di depan layar monitor yang menceritakan keceriaan teman-teman, lalu muncul satu kata.. hampa. Bukan hampa karena sesuatu yang hilang, hanya saja ini hampa.

Ga tau ni, merasa diri lagi butut.. padahal liburan panjang uda di depan mata..
Yang ada ngunyah mulu, ntar tiba-tiba badan gue uda kayak patkay baru nyesel deh pasti. Oya, bokap besok pulang. Terus ada yang nanya, ’seneng gak’.. seneng sih, tapi biasa aja.. kenapa mesti aneh? Toh juga gak merasa jauh sama bokap. Kangen sama temen-temen, tau deh temen yang mana, yang jaman mana, siapa.. perasaan gua jadi gak punya kehidupan untuk bersosialisasi selain orang kantor dan orang rumah.

Okeh, membahas apa kita pada post kali ini? Gak usah lha,, gak usah bahas apa-apa.. oya, bahas aja tentang film Mengejar Mas-Mas yang akhirnya gua tonton tadi malem. Apa ya? Filmya bercerita tentang kehidupan anak pemberani yang egois ketika dia kabur dari rumah, nekad, hingga akhirnya numpang di rumah perempuan panggilan. Ketika akhirnya mungkin dia menyukai seseorang di tempat pelariannya/ jogja (padahal udah punya pacar) dan orang itu harus ditinggalkan, so what happened in Jogja, stayed in Jogja. Bagus, kadang gua juga pengen punya kehidupan kaya gitu.. Cuma masalahnya adalah kalo gua kabur, akankah ada yang mencari gue? Nah kalo gue kesesat, akankah ada yang menawari gua tempat tinggal? Terus kenapa musti takut ya kalau gak ada yg nawarin.. berarti gua gak seberani itu dalam menjalani hidup yang spontan.. haha, tapi itu menandakan gua masih waras..

Anyway, Si dina olivia mirip ya sama poppy sofia? Tapi mukanya poppy unik ya? Tato ditangannya juga oke. Ntar kalo gue punya tato, nyokap gue geleng-geleng kepala sampe pegel kali (yaaa daripada bunuh diri pake peniti?).. kenapa sih? Kenapa sih? Manusia tuh emang dikondisikan sebagai mahluk sosial banget ya.. So sial.. mau apa-apa liat komentar orang. Mau mutusin hal ini takut nyakitin hati orang.. dibawah nama ketidakenakan.. terus gimana dong win win solutionnya? Meeeeenn, susah ya.. semakin banyak yang lo kenal semakin banyak ga enaknya.. gak punya temen hampa. Ini semua bagai buah simalakama. Oooo, berarti ada enaknya juga ya jadi anak autis.

Berbicara tentang autis (boook daritadi nulis gak ada iramanya, ye suka suki, ini kan blog gue!!), kenapa jadi banyak yang bilang gue autis ya akhir-akhir ini. Emang ukuran autis gimana sih? Seneng melakukan hal sendirian. Yaah itu mah lg males digerecokin aja kali ya, alias kuper, ngaku aja deh Vintya, haha.. Gua juga kadang suka aneh sih sama diri gue sendiri.. tapi gua suka lebih aneh sama orang yang ngatain gue aneh, haha. SEBENTAR!! Gua barusan liat trailer sinetron baru.. buseeeeet apaagi sih.. bikin emosi jiwa malem-malem aja.. Bikin gue makin hampa, bikin gue pengen kabur.. bikin penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, akankah dicari? Akankah ada yang menampung.. jadi, kemana kita akan pergi? Kalo ada yang berminat kabur sama gue, jangan ragu buat bilang ya.. bisa dibincangkan untuk direalisasikan.. amin.

Udaaa ah mau bengong dulu.. bye blogy

males kasih judul

Gua ingin mengawali hari ini dengan tertawa.. Kenapa??.. Oya sedikit selingan, booook kemaren (2 hari yang lalu ding), si vivi di tabrak, kaca lampunya pecah.. Kembali ke topik awal. Hari ini, sebelum dari gue turun dari parkiran, ada seseorang yang menunggui dari luar (ni orang ngapain sih berdiri situ, ngalangin parkir gue jadi ribet tau), haha berhubung dia supervisor pas jama MT jadi gue senyumin aja..

Supervisor : ”Lama amat parkirnya”
Gue : ”Yang bikin lama bukannya gara-gara ada elo, mana cuma ngalingin bukannya bantuin”
Supervisor : ”Hari ini kita tes yuk mukanya orang-orang apakah berseri-seri atau cemberut”
Gue : ”Maksud lo mengidentifikasi mana yang dapat bonusnya gede mana yang sedikit?”
Supervisor : ”Hahaha, iya, masuk semua kan hari ini ke rekening”
Gue : ”Lo ketawa-ketawa.. okeee dehh. Kalau gue standard ya.. Kan gua belum setaun, gak dapet.”

Terus kita ngobrol lagi sampe bagian menunggu lift.. lalu gua bertanya mengapa yang Outsourcing tidak mendapat bonus tahunan juga.. Tadinya gua merasa ”sangat tidak adil” tapi setelah mendapat penjelasan dari si bawel (Supervisor MT yang juga orang HRD), yaaah akhirnya gua hanya merasa ”tidak adil”.. sangatnya dihilangkan. Sampe akhirnya kami melihat salah satu Departemen Head sini yang humble.. mukanya terlihat seperti hari biasa, tidak senang, tidak sedih juga.

Supervisor : ”Kalo yang ini mukanya kayak gimana ni, Vin”
Gue : (Berhubung gue tolol, dan gak suka basa-basi), ”Kalau Bapak gimana? Banyak gak?
Supervisor : ”Hehe, gimana pak”
Supervisor : ”Gak ada yang perlu dibuat terlalu senang. Seharusnya kita bersyukur dengan keadaan yang sekarang. Dimana banyak orang yang mulai di PHK, kita masih ’kebagian’, bersyukur ajalah, hehe”
Gue : (dalam hati akhirnya gua mendapat jawaban kenapa orang ini menjadi Dept. Head)

Yayayaayaya, gue juga sebenarnya sangat merasa bersyukur sih, walaupun gua gak dapet bonus karena masih beberapa bulan terhitung kerja (min, setaun baru dapet), tapi gue happy happy aja (disini ketauan kan mana yang orang susah atau enggak, bukannya mana yang dapetnya gede atau kecil.. hahahahahahaha). Bersyukur bersyukur, masih ada yang mau menerima gua bekerja.. (Yakin banget ni, orang HRD yang merekrut gue menyesal luar biasa, haha). à ini jurus merendahkan diri menaikkan mutu, hehe..

Yayayaya, cukup adil lha.. Seperti yang sering bos gue katakan, ”Kamu beruntung sekali, saya sudah 20 tahun bekerja, dan baru mendapat kesempatan mengalami krisis (tahun 97), tapi kamu baru kerja 3 bulan udah ngerasain krisis global kaya gini, bisa tahu gimana kondisinya dan belajar buat keluar dan gak terkena imbasnya”. Disaat penghujung tahun meresahkan tidur banyak pekerja yang menggantungkan nasib, gua masih bisa tidur tenang. Tidak berekspetasi terlalu banyak, belum terkena dampak, santai kayak di pantai.. Menjalani segala sesuatunya dengan sebaik mungkin, mencoba mengurangi kesalahan, mendengarkan cerita si bos tentang kondisi ekonomi dan lainnya.. masih bisa nemenin kakek kondangan, memutuskan jalan-jalan keluar kota 2 hari sebelum hari H, merasakan pedihnya sakit hati dan cinta di saat yang bersamaan.. Humm akhir 2008, cukup banyak cerita di tahun kabisat ke 502 ini..

Semangat hari raya

Sore, sehari sebelum Natal.
Ruangan di gedung ini sudah hampir kosong setengahnya..

Memang selalu mengasyikkan jika suatu hari Raya tiba.. liburan, nonton film, dan aura dari mereka yang merayakan.. Saya bisa melihat betapa antusiasnya mereka yang ijin pulang setengah hari supaya dapat bersiap lebih dini pergiu ke gereja. Beberapa diantaranya ada yang berniat untuk melewatinya dengan pakaian baru, dan ada pula yang hanya bersiap dengan hati atau jiwa yang baru. Ada senyum dan selalu tersenyum. Mengambil hikmah dari apa yang dirayakan.

Mengapa setelah dewasa, saya kurang dapat merasakan atmosfer kemenangan itu ya? Apa kesalahan ada di saya atau memang takbir atau seruan lainnya itu kurang intens dikumandangkan? Mungkin gabungan dari kedua faktor tersebut?.. Makin gede malah menganggap suatu perayaan hanya sebagai ritual, wakakakak, guenya juga sih yang Oon. Gak pernah beli baju baru lagi (yang dipake cuma baju bekas tahun lalu dari peninggalan tahun sebelumnya yang merupakan wasiat tahun lalunya lagi dimana pada tahun tersebut baju tersebut sudah di vonis akan dialmarhumkan).. giliran ke kondangan aja baru beli baju baru (hahaha, bener banget ni.. kadang gua juga merasa Tuhan akan melihat gue apa adanya.. sedangkan hamba-hambanya yang berada di pesta mah pasti tukang comment dan nilai.. atau gua yang pengen dapet penilaian? Biasalah ciri-ciri teenager labil. nah ini dia yang dikatakan pembenaran)..

Anjrit lama bener nih jam pulangnya.. haha, seharian bukannya kerja malah mikirin pulang. Kata si Bos, gue tergolong ke dalam kaum merugi.. semua menjadi tidak efektif. Yaaa, yaaa yaaa.. sebenernya ketidakefektifan itu sudah bermula saat perusahaan tersebut menerima gua, hahahahaha bego ya gue? Yaudah sekarang kita tunggu aja, untung ada ipod, untung ada keyboard dan komputernya.. Sabar Vintya!

Back to the topik. Saya juga kadang suka lupa dengan makna dari suatu hari raya yang saya rasakan, atau bahkan malah belum sempat tahu.. dan dengan bodohnya merasa tidak mau tahu dengan cara tidak mencari tahu. Mungkin saya harus balik lagi belajar kepada anak-anak. Kepada mereka yang katanya belum tahu banyak, tapi justru mereka lah yang paling bisa menikmati makna dari setiap hari raya. Masa kecil saya cukup menyenangkan, sangat bahkan. Seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Yang suka bermain hujan-hujanan (dan sekarang saya suka males kalo kena hujan), yang cuek jika dirinya bau matahari (oh my God?? Haha lebih parah.. saya masih oke kok dengan matahari, gak ada masalah.. apalagi semenjak storenya semakin membooming di kota-kota besar, haha bego), yang dengan ikhlasnya berteman dengan teman yang lain.. dan dengan bebas berkomentar apapun tanpa kemunafikan.

Mudah-mudahan masih banyak orang yang bisa merasakan makna dari perayaan Hari Raya mereka masing-masing. Oya, tadi gue lihat orang kantor (dia merayakan natal), tapi kok masih disini ya jam segini? Emang gak mau ke gereja apa dia? Sibuk dengan aktivitas duniawi atau memang lagi ribut sama orang rumah? Yayaya, terlepas dari apapun jawabannya, kenapa sih hari ini gak dijadiin setengah hari kerja?? Katanya pelajaran PMP/ PPKN kita harus bisa bertoleransi walaupun berbeda agama?? Berarti susah senang kita bersama dong (jangan elo elo gue gue, lo mati gue tahlilan, hahahaha bego lagi). Masa yang merayakan natal gapapa dikasih ijin setengah hari, tapi yang gak merayakan? emosi jiwa (ini khusus gue) dan merasa merana menunggu jarum jam yang pemalas itu, (buseet bergerak aja males.. apalagi disuruh kerja tuh jarum jam???).. kita ikut pulang aja deh, semangat toleransi..

Well anyway, selamat berlibur ya.. satu dua tiga, kabuuuuuuurrrr..
Sssstttt pelan-pelan aja ntar ketauan bosnya..
Daaaaaahhhh selamat berlibur ya… (bisik-bisik biar gak kedengeran si bos)

Monday, December 15, 2008

Puteri Impian

Ini bukanlah cerita dari seorang bintang.
Ini bukan pula sekadar cerita cinta, lebih dari itu..
Ini adalah cerita tentang cinta.
Kisah puteri yang menapakkan kakinya di tanah kelahiran yang sangat dicintai..

Dimana ia memiliki kehidupan yang takkan pernah disesali, kehidupan dengan 1001 romansa hingga akhirnya ia bertemu dengan manusia biasa. Terkutuklah hari itu, ketika sang puteri tidak kuasa menghindar dari ciuman si manusia biasa. Satu kali terdiam, dan yang kedua membalas, lalu berusaha mengelak. Hari berjalan, dan masyarakat di pinggiran kerajaan masih menjalankan kegiatan kesehariannya. Puteri memiliki teman yang bisa ia bawa ke kerajaan untuk dikenalkan kepada sang Ratu, Raja, dan Putera Mahkota. Tapi hanya sebagai seorang kenalan, tak lebih dari itu. Ia tak sanggup mengatakan hal yang sebenarnya, bahwa diantara mereka berdua kini bersemayam sebuah cinta. Hanya Tuhan dan mereka yang tahu. Andai saja ia bukan berstatus seorang puteri.. andai saja puteri juga manusia biasa..

Puteri bersekolah di suatu lingkungan ekslusif, sebuah lembaga terpandang di negerinya. Dan di tempat itulah kali pertama ia bertemu pandang dengan si manusia biasa, di hari pertama saat si manusia biasa pindah melewati musim panas di satu sekolah yang sama. Sekilas, putri melintas, dan untuk seumur hidup moment itu akan berbekas. Si manusia biasa terpana dengan segala keindahan yang melekat pada diri sang putri, sweater oranye yang ia kenakan. Bertualang hari, keduanya menjadi penyemangat satu dengan yang lain. Tak peduli harus menaiki kereta labu, kuda, atau berjalan kaki, perjalanan ke sekolah maupun pulang terasa cepat. Puteri tetap menjadi pusat perhatian, kemanapun kakinya melangkah. Termasuk perhatian si pangeran kodok.

Masa yang diberikan kepada si manusia untuk bersekolah di tempat itu sudah habis. Ia harus pergi untuk mengunjungi tempat yang lain. Musim panas telah berakhir, disulap menjadi musim paling indah yang pernah ia alami. Musim panas yang memiliki original soundtrack tersendiri. Sebuah lagu pengiring yang dapat menggambarkan bayangan sang kekasih ketika keduanya terpejam, dalam lamunan maupun lelap.

Tidak ada yang berubah, semua masih indah.. musim gugur, semi, maupun dingin.. kembali ke musim panas, semi, dan ini musim dingin di tahun kedua. Ketika tangis mulai menjadi hujan membentuk telaga dalam kubahan hati yang cacat. Angin dingin menyilet pori-pori si manusia biasa, dan dedaunan sisa musim gugur tak jua tersapu. Ia mencium aroma kegelisahan. Musim dingin di tahun kedua, si manusia biasa telah memutuskan untuk tinggal di negeri yang sama dengan sang putri. Bahagia memang jika jarak yang memisahkan itu sangat dekat. Setiap hari, yaa setiap hari manusia dapat mengantarnya, menjemputnya, menjenguknya.. Satu dunia berpihak kepadanya, dunia itu fana, ya fana.. karena akhirnya..
Sang Putri mengirimkan sepucuk surat. Tanpa meminta tolong seorang ajunda. Langsung, dengan geratan wajah paling tegas, sedingin musim itu.. ia berkata telah memutuskan untuk memilih seorang pangeran, dari golongan yang sama. Namun ia berkehendak untuk tetap berada dekat si manusia,
ia harus berkorban. Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk..

Manusia biasa.
Manusia biasa marah, tidak terima dengan kenyataan. Ditinggalkan adalah perasaan kalah yang paling nista. Ada apa dengan sang puteri? Manusia biasa memutuskan untuk tetap tinggal, diam, dan mengamati. Terpancar rona kesedihan dari tulang pipi kekasihnya yang semakin menonjol, memipihkan wajah menjadi lebih tirus.. Ooh, my God, rupanya pangeran yang dipilihnya adalah pangeran kodok (GOD, please.. give si manusia biasa a strength!!) Siapa lagi kalau bukan si kodok yang pengen ditonjok?? Jadi selama ini, pangeran kodok belum menyerah? Dengan segala penolakan yang sudah menghujatnya untuk pergi. Bukan pangeran kodok kalo gak ngotot. Pangeran kodok mengirimkan upeti untuk disuguhkan kepada kerajaan sang putri. Pangeran kodok mendramatisir keadaan bahwa betapa lemahnya ia tanpa sang putri. Pangeran kodok mendoktrinisasi para insan kerajaan supaya merasa iba, kasihan. Pangeran kodok, pantas saja engkau dikutuk sebagai kodok. Dan sekarang, dengan obseSIALANnya, pangeran kodok menang.. Rakyat meminta rakyat melakukan kudeta.

Di balik jendela sebuah puri.
Aku hanyalah seorang putri yang mempunyai tanggung jawab terhadap negeriku. Aku tidak punya apa-apa selain cintaku pada sang manusia biasa dan seluruh isi kerajaanku. Hanya mereka yang aku punya, dan akan kupertaruhkan apapun demi keagungannya. Aku harus memilih, dan itu hanya satu. Walau harus kusakiti hatiku, walau aku harus dibenci orang yang paling kucintai. Ini bukan sebuah roman atau panggung sandiwara, ini adalah nyata. Kepahitan yang harus ketelan sebagai racun. Aku tidak mempunyai pilihan, itu kenyataannya. Bahkan, ibu peri dalam cerita Cinderella pun belum muncul. Kemana ia? Aku juga butuh pertolongannya. Aku butuh sebuah kunci. Tidak ada yang tahu kemana aku sembunyikan kepingan perasaan yang aku miliki. Rakyatku tidak perlu tahu. Mereka hanya perlu melihat kebahagiaan seorang bangsawan. Walau harus kugadaikan masa depanku. Aku hanya butuh sebuah keajaiban yang bisa mewujudkan semuanya, walau waktuku tinggal hitungan bulan, tak lebih dari bulan ke enam tahun depan.

Sang kodok yang sudah tenggelam dan mengapung kembali
Sang kodok berlogat medok.. Grok grok grok.. dialah pemenangnya. Untuk saat ini, belum ada yang menjadi pemenang sebelum juri memutuskan. Semua masih berdoa, puteri, kodok, dan manusia. Hahaa berlomba demi sebuah kata bertuliskan kebahagiaan. Pangeran kodok, mungkin dia baik, tapi dia jahat karena telah mengambil sang puteri. Pernahkah ia bertanya secara langsung, apakah sang puteri memilihnya karena perasaan? Apakah ia pernah melihat tatapan penuh kasih? Apakah kepalanya pernah dielus belaian lembu jemari sang puteri? Apakah semua hanya obsesi, yang menimbulkan rasa posesif karena tak ingin kehilangan apa yang sudah susah payah ia dapatkan?

Manusia biasa
Ia tidak tahu siapa yang harusnya menyerah, tapi akhirnya manusia biasa yang menyerah. Mungkin ini adalah kesalahannya hingga sang puteri terkena kutukan sang dewa.. Tak seharusnya ia memulai sesuatu yang harus diakhiri. Merusak kehidupan sang puteri. Hingga semua pihak menjadi terluka.. Manusia akan pergi, tapi tidak saat ini, tugasnya belum selesai..

Cerita selanjutnya masih akan tersambung setelah waktunya tiba.

menjadi rutin rutin adalah menjadi bodoh?

Mungkin saya gak sepintar orang-orang yang selalu menyempatkan dirinya yang lelah untuk membaca buku (tanpa mengatakan saya itu bodoh lho ya walaupun saya gak suka baca buku, haha pembenaran), atau berwawasan luas seperti mereka yang sering bersosialisasi dengan mahluk indah lainnya (banyak orang bilang saya ansos atau autis, but they think they know me but they have nooooo idea).. jadi mungkin saya hanya berkomentar sesuai dengan kapasitas otak yang sok tahu.

Bapak Daus dari atas sana beberapa kali menyiratkan sesuatu, mungkin tentang dia yang tidak ingin didikte rutinitas atau kegerahan dikelilingi tembok tebal.. “menjadi rutin adalah menjadi bodoh”. Haha, tiba-tiba gue kesambet hobi lama, yaitu bengong. Meratapi nasib beberapa hari kebelakang, sibuk. Lalu ada yang mengganjal, kebiasaan yang sering muncul.. 2 kepribadian, seperti zodiak yang melambangiku.

Sewaktu-waktu saya menjadi tipe, “Gimana nantilah”.. tapi beberapa saat kemudian gelisah lalu beralih memikirkan hal sebaliknya, “Nanti begimana yak?”. Kalau saya gak punya Tuhan, kalau saya gak punya keluarga, kalau saya tidak punya ketakutan, saya akan melakukan apa yang banyak orang lain tidak ingin lakukan. ---(tulisan ini tertunda hampir 10 jam)— daan taraaaaaa I’m back, parah parah kerjaannya lagi banyak bener..

Sampe mana tadi? Lupa..masih puyeng sama urusan yang tadi, hehe. Tapi saya sempetin dulu lah sebelum pulang. Pokonya intinya, saya gak tau apakah menjadi rutin adalah bodoh, tapi menurut saya (maaf ni kalo salah, namanya juga anak bau kencur), menjadi bodoh adalah mengerjakan hal yang dia gak suka padahal gak memberikan keuntungan apapun pada dirinya.

Lain halnya dengan mengerjakan sesuatu yang dia gak suka tapi sesuatu itu memberikan keuntungan untuknya. Itu namanya bukan bodoh,, apa ya istilahnya.. aha, kurang pintar!! Hahaha sama aja ya, dasar goblok gue.. Yah ga tau lah, ko jadi serius gini? Pengen ketawa jadinya.. Intinya itu adalah hal yang sangat manusiawi. Justru karena itulah mereka terlihat sangat manusia. Yaaah, setiap orang sih punya hak untuk memilih. Mau didikte rutinitas kek, mau membebaskan diri seenaknya kek.. asalkan dia bahagia dengan segala keputusannya.. Kita gak perlu jadi terlalu pintar, tapi kita harus selalu bahagia. Mungkin beberapa minggu yang lalu, saya merasa bahwa bekerja adalah hal yang sangat menyebalkan. Bagi saya yang tidak pernah menikmati saat bersantai bahkan sebelum hari wisudanya digelar. Setiap pagi dengan melawan rasa kantuk mengarungi lautan kota jakarta, tidak sempat bertemu dengan matahari yang masih malu-malu, dan pulang ketika matahari sudah diusir dari awanku karena malu-maluin. Merasa sucks. Ditambah masalah yang lain (haha, yang ini mah curhat colongan, najis).

Tapi, suatu saat saya berdoa pada Tuhan, minta diberikan kesibukan yang luar biasa, sampai saya gak bisa memikirkan hal lain. Kenapa meminta hal yang sebenarnya saya benci? Karena saat itu saya membutuhkan suatu kesibukan yang teramat sangat. Dan ternyata doanya dijawab (syiiiit, dijawabnya beneran siah, parah).. Tapi ternyata apa yang dijalanin itu jauh lebih enjoy (atleast untuk saat ini).. Kali ini menjadi rutin bukan menjadi hal yang bodoh buat saya, hanya kurang pintar. Ada saatnya saya ingin keluar dari rutinitas ini, tapi sekarang belum saatnya, masih banyak yang ingin saya ketahui, masih banyak yang ingin saya hindari. Mungkin nanti, entah kapan. Orang yang pintar itu adalah orang yang bisa mengendalikan apa yang menurutnya memberikan kebaikan untuk dirinya, hehe.. saya pun ingin belajar ke arah sana. Orang pintar boleh munafik lho..

Tapi emangnya orang munafik itu bukan orang baik apa? Ada yang bisa jawab?..
Orang baik dekat dengan Tuhan, karena dalam film”, orang baik mati lebih dulu.. Katanya Daus, Orang kreatif juga dekat dengan Tuhan. Dan menurut saya itu sangat benar, karena mereka selalu dibisikkan oleh Tuhan tentang hal yang menarik, yang tidak biasa dibisikkan ke banyak orang lainnya. Yayaya, bersyukurlah menjadi orang yang kreatif. Karena kalian berbeda.

pulang ke kotamu

Jogja 6 desember.

Hari masih terbit 7 kali dalam seminggu. Urutannya pun masih sama, mungkinkah terganti?
Rutinitas masih mendikte, bahkan semakin bantet. Tapi aku menikmatinya, inilah jawaban dari doaku, untuk mengalihkan perhatian. Pagi ini kusempatkan menulisi si Blogy.. Aku datang terlalu pagi. Ku taruh tas, dan langsung kutinggal mejaku barang sejenak karena password komputerku masih ter-lock. Mungkin sudah waktunya aku pulang kemarin malam. Humm, di setiap pagi, ada rutinitas baru yang sudah dua minggu ini aku lakukan. Solat pagi kemudian tidur sebentar di sebuah ruang berkarpet hijau di lantai. Sunyi sekali disana, belum ada lampu yang dinyalakan, terkadang 2 hari sekali kudengar sebuah alunan ayat suci menggema di ruangan. Merdu sekali hingga membuat aku tertidur. Menikmatinya rutinitas ini menjadikan hariku terasa lebih cepat.

Tahap pemulihan. Pagi, 2 hari yang lalu, saat penduduk sekitar bersiap solat iduk adha, bersama ketiga orang lainnya bergegas menuju Bandara Adi Sucipto. Sudah waktunya pulang menuju Jakarta. Mungkin 4 malam sebelumnya merupakan pelarian sia-sia. Tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang berubah. Masih sama. Dan belum mau mengganti. Jalanan cukup lapang, namun suasana di Bandara selalu ramai. Masih satu jam lagi sebelum keberangkatan, kusandarkan kepalaku, mendongak melihat santapan gosip pagi hari. Ya, ada Marcella. Entah siapa yang benar dan siapa yang salah, saya hanya konsumen yang tidak enggan dicekoki isu yang tidak jelas. Kutekan tombol menjauhi tanda ”Off”. Kemudian mulailah terdendang sebuah lagu dari Ipod orange kesayanganku, hadiah darinya. Lagunya sudah basi. Seperti biasa, Vintya yang dikenal classic oleh teman lamanya.

Malam sebelumnya, kudatangi Jogjakarta. Melintas di Stasiun dekat Malioboro, banyak kerumanan muda-mudi. Mereka fokus mendengarkan pengamen band menyanyikan lagu ”Jogjakarta”. Kubuka kaca jendela lebar-lebar. Sebuah musik penyambut kedatangan aku dengan yang lainnya. Entah mengapa aku selalu senang setiap kembali ke kota ini, ada rasa penasaran dan euforia. Lirik lagu itu memang pas. Redup lampu mempercantik jalanan kota, mereka tidak perlu ketegasan, hanya ketenangan. Semua menyatu, pejalan kaki, tukang becak, penjaja burung dara. Kulihat sebuah cafe bergaya tempoe doeloe di persimpangan sebelum mall malioboro. Aku bisa melihat tamu-tamu yang tertawa dan tersenyum, sayang aku tidak turut meluangkan waktu menjajakinya.

Dimana-mana hotel penuh. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk mencari di gang sempit yang bernama Dagen. Ternyata juga tidak ada yang kosong. Hingga kami mendapatkan satu di wilayah Pasar Kembang, haha.. Tapi suasana dan dekorasinya cukup enak, etnik.. lagipula hanya satu malam, dan ini sudah larut. Sudah dini hari dan mata masih belum terlelap. Mata kaki masih terasa sakit, setelah menapaki ratusan anak tangga.

Keesokan harinya kami jelajahi kota Jogja yang dipenuhi motor. Hampir semua jalanan diatur satu arah sehingga membuat kami mengulang jalan yang sama selama beberapa kali. Jogja terkenal dengan Malioboronya. Tapi aku sudah bosan, menelusurinya hanya perlu kusisihkan 3 jam, oleh-oleh untuk keluarga besar. Selebihnya? Aku tidak mengunjungi keraton, parang tritis, atau prambanan. Itu sudah pernah. Saatnya mengunjungi lokasi lain, yang belum pernah kudatangi. Seseorang mengajakku pergi ke sebuah tempat. Ia merupakan kenalan dari Jakarta yang kebetulan ternyata sedang mengunjungi keluarganya di sana. Dibawanya aku ke dua tempat yang cukup nyaman dan beda untuk menikmati malam sambil bersantap kudapan ringan. Gadjah Wong, dimana meja-meja ukuran besar tidak juga memadati bagian atas tempat itu. Banyak turis disana. Dan aku memilih meja untuk dua orang, untungnya meja ini beradadi lokasi yang strategis, dari sana aku bisa melihat pengunjung di bagian bawah, mendengarkan aliran sungai, atau pun penyanyi cafe yang diiringi perkusi, dan yang paling penting tidak gaduh. Pengunjung lain tidak bisa melihatku karena posisiku membelakangi mereka, tapi aku bisa melihat lebih banyak. Kuah Tomyam segar kuseruput, panas.. sudah hampir tengah malam dan anak gadis sang ayah harus pulang.

Malam terakhir di Jogja, aku habiskan di Kota Gede, sebuah cafe dari bangunan tua yang didesain cantik. Omah Dhuwur, katanya dapat diartikan sebagai Rumah Tinggi. Lokasi parkirnya terpisah sebuah jalan raya, dan kami harus menyebrang. Wow, meja-mejanya besar, sama seperti di Gadjah Wong, semua pengunjung adalah turis asing, berasa dijajah di negeri sendiri. Sebuah lampu terlihat seperti kubah yang melengkup layaknya payung tanpa gagang terbalik berwarna merah tua di langit-langit. Dingin sekali. Kami berada diujung balkon, kami berbagi meja dengan turis perancis yang dengan ramah menyela untuk permisi duduk di meja yang sama. Setelah itu, napsi-napsi lha, hehe.. Pemandangan dibawah cukup kontras dengan bagian tempat kami duduk. Terhampar sebuah kebun yang didesain dengan gaya Eropa, asal tidak hujan bisa dijadikan sebagai tempat nikah tuh..

Cheese cake dengan saus strawberry kutelan habis. Manis. Namun terasa hambar karena pada dua tempat unik ini, aku tidak membawa camera, untuk diabadikan. Mungkin alasan itu juga yang akan membawaku kembali ke Jogjakarta. Terimakasih telah mengajak saya kesana. Dua jam berlalu dan pikiranku masih memikirnya, seandainya ada..


”Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu”

pulang ke kotamu

Solo. 6 desember.

Mata kaki masih terasa sakit, setelah menapaki ratusan anak tangga.
Untuk menuruninya membutuhkan waktu lebih dari 20menit, itupun sambil berlari kecil.. dan naiknya? masyaampun, gak dua kali deh gua kesana.. Tapi apa yang saya lihat dibawah sana, bisa membayarnya.

Rabu Sore akhirnya saya memutuskan untuk datang acara pernikahan teman senasib, di Solo, bersama 4 orang lainnya. Sebenernya kepergian ini hanyalah sebuah jawaban atas rasa malas menghadapi weekend di Jakarta. Setelah aku benar-benar kehilangan kebahagiaan saat melewati liburan akhir pekan. Sudah lebih dari 8 minggu.. Terasa hambar, berbeda. Waktu untuk menghilangkan penat direnggut begitu saja. Dan kini saatnya berlari, menghilang. Entah apa ada yang mencari atau tidak.

Keesokan paginya aku menyaksikan tangan temanku menjabat tangan ayah mertuanya dan dengan fasih melafalkan ijab kabul bagiannya.. dibayar tuuuunai. Dasar tukang kambing, gak perlu segamblang dan sejelas itu kali ngomong tunainya!.. wakakak. Tiba-tiba bulu kuduk ku merinding. Menerka siapa yang menjadi sandinganku nanti? Ponselku bergetar, dan kubuka pesannya, ”Vin, gua masih di Semarang. Gak sempet ikut akadnya. Ketemu di resepsi aja-Probo” Si kutu itu masih diperjalanan rupanya. Siapa suruh gak mau bareng!

Perjalanan menuju Jogja kami tempuh secara terpisah. Tim pertama berangkat jam 8 pagi dari Gambir. Pesawat yang mengantarku lepas landas pukul 3 sorenya. Sedangkan si Probo yang sudah kehabisan tiket kereta malam, menyusul dari Lebak Bulus jam 8 malam.

Pukul 11, sang manten meminta kami untuk datang ke resepsi dari jam 11, kami diharuskan menikmati jalannya pernikahan adat Solo. Kulihat jam di tangan. Pukul 12 dan Probo tak kunjung datang. Padahal sudah kusimpankan makanan untuknya. Pasti dia kelaparan. Jam setengah 2, acaranya lama banget, parah. Dan kita hanya duduk melihat upacara adat dalam screen besar terpampang di dinding atas gedung. Ada rama sinta, ada Srikandi, dan tidak ada Probo. Dia belum kunjung datang. Akhirnya penganten mulai mengantar tamunya pulang, bersalaman di pintu keluar. Kemudian ada SMS, ”Vin, jemput dong di terminal. Nanti balik lagi ya ke gedungnya. Gua mau ketemu Oji dulu pokonya”. Emang dasar bego, niatnya sih gak bener. Ke Solo sekalian mau ke Jogja supaya bisa ketemu calon pacarnya yang dijodohin sih. Yah tapi setidaknya dia masih sempat setor muka ke pengantin. Berfoto, jeprat jepret.

Mobil sewaan itu mengantar kami ke puncak kota Solo, selepas acara resepsi pernikahan teman kami tersebut usai. Lokasinya bernama Tawangmangu. Entah apa yang ada di tempat itu, tapi mengapa si koko keturunan TiongHoa itu niat sekali mengajak kami kesana?.. Satu jam terbuang, dan akhirnya kami tiba. Ada beberapa ekor kuda, dan aku sangat suka binatang itu. Aku ingin menaiki punggungnya, dan kuminta kepada si empunya untuk membiarkan kudaku dilepas. Aku ingin memilikinya tanpa ada yang mengendalikan.

Hujan sudah turun dan mereka masih bergegas untuk turun ke bawah. Ratusan anak tangga licin tersebut membuatku hampir terpeleset untuk kesekian kali. Kucopot sandal, nyeker mencoba menyatu dengan alam.. Booook??? Sama aje, mau kepleset” juga gue, haha. Dan eng ing eng, apa yang dicari sudah terlihat. Curahan air terjun terdengar deras. Dan batu kali hitam kasar tersusun untuk kami tapaki sebagai syarat ingin mendekati kolam air terjun. Bahaya memang, apalagi gerimis semakin membanjiri pakaian yang kami kenakan. Kaki kananku mulai bergetar sendiri saat itu, kemudian kuputuskan untuk segera menjauh dan menuruni batu kali yang licin tersebut, hati-hati sekali. Namun ketiga teman lainnya masih ingin bermain disana. Gerimis sudah berganti hujan. Sudah kuyup. Ucapan selamat tinggal pada air tejun dan sekitarnya sudah kuhaturkan. Sesaat sebelum beranjak meninggalkan air terjun, aku melihat rangkaian anak tangga yang melingkar dan berputar sampai menuju atas. Buset. Buset. Buset. Ogah gue diajak kesini lagi.. Tapaki satu demi satu, tidak nyampe-nyampe.

Setelah menyeruput wedang jahe panas dan berganti pakaian. Kami bergegas menuju kota yang kusukai.
Jogjakarta.

Tidak ada yang unik dari Kota ini. Kota yang hanya kumampiri tak lebih dari 24 jam. Kota dimana leluhurnya tinggali. Kampungnya. Tempat yang beberapa kali ia ceritakan. Aku memang tidak bisa menemaninya kali itu, berlibur ke sana. Tapi setelah semua usai, aku pergi sendiri melihat kota itu. Setidaknya aku pernah tahu.