Monday, January 11, 2010

EROPA

#Cuplikan 1

Aku memanggilmu Eropa. Dan kini aku bisa merasakan dingin gugur kemarau dan semi ketika aku merasakan keeksistensiannya.

Setelah sebelumnya hanya ada basahnya hujan dan keringnya kemarau, dia tampilkan bagaimana semi dan gugur yang semenarik itu. Bahkan kemarau digantinya dengan hanya sekadar panas, tidak perlu meranggas . Sedangkan hujan bisa dia ganti dengan salju supaya aku lebih menggigil saat kedinginan ditatap olehnya, iya tepat sekali, aku menggigil salah tingkah dibuatnya.

Aku bertemu dengannya ketika tak sengaja melihat jarum pendek mendekati angka 6 dalam jam besar terkenal di kota tua di benua Eropa. Sehingga selama beberapa hari kemudian aku selalu menunggu detik detik itu dan berharap supaya dia hadir melewati jalan yang sama setiap dia berniat pulang, di pukul6. Walau aku hanya dianggap patung olehnya, sementara dia berlenggang gagah lewat dan zzaaahh. Selesai. Kesimpulannya aku total penasaran olehnya. Lantas aku hanya bisa tersadar bahwa ini bukanlah moment tak sengaja bertemu sosok tegap itu di sebuah dataran Inggris. Hanya saja, pesonanya mampu membuatku terseret hingga terdampar ke salah satu negeri di Eropa Timur.

Aku malu untuk berkata suka. Dan sekarang aku hanya berani mengenang kejadian di senja tadi. Mungkin semua orang yg pernah melihatnya, walau sekilas, pasti berkesan suka, sama seperti apa yang aku rasa. Indah. Dan mungkin itu pula alasan mengapa Tuhan memberikan ide kepada seorang penemu lensa untuk menciptakan alat bernama kacamata. Untuk menepis, meralat segala kesaksian manusia yg menganggap bahwa parasnya hanya lah sekelibat. Senyumnya Maha Dashyat.

Tiga bulan berlalu. Hingga akhirnya aku mendapat kesempatan untuk berlibur bersama. Suatu momentum tak terduga karena kami mengambil travel ke satu tujuan yang sama. Jogja, ya betul, ini di Indonesia. Salah satu kota penuh sarat makna. Yang selalu kuanggap pelabuhan surga bagi para pelaut yang muak dengan laut yg luas dan selalu seperti itu. Sama halnya dengan aku yang jengah dengan hiruk pikuk jakarta.

Senang bukan kepalang. Berdamba untuk mencinta. Di Jogja!! Bukan Eropa. 4musim di kota ini.. Kesederhanaan Jogja mampu digubah menjadi keeksotikan espanyolaaa. Detikpun melambat di Kota ini. Begitupun dengan umur kami tidak pernah dibuatnya menua. Senin selasa rabu kamis dan jumat akan selalu menjadi sabtu dan minggu bagi para pelancongnya. Aku suka sekali kota sederhana ini, terlebih jika dia dia dan hanya dia yg ada disana sebagai sang maharaja.

Tidak kutunjukkan bahwa aku suka. Tp selalu kuusahakan untuk lebih akrab. Mencoba menjadi teman tanpa banyak pengharapan. Bertukar nomor handphone hingga kontak bbm. Kemudian memutar otak untuk memulai percakapan. Ahay! dia membalasnya dengan semangat, bukan sekadar balasan apa adanya.

Aaaah.. Suka tp tidak suka. Efeknya gawat. Membuatku sakit jiwa dan parno mendengar bebunyian. Bisakah kalian bayangkan jika setiap nada yang keluar dr handphone ini, aku harapkan berasal dari handphonenya?? Efek gawat bagi si penyuka bukan?

Eropa.. Pesona yg adakadabra. Gempita sebagai maha karya. Hmm, aku yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan juga menciptakan dia dlm keadaan mood terbaikNya. Sehingga lahirlah sesosok Eropa, dengan mukjizat membawa 4musim untuk orang-orang yang menyukainya.

Sialan, dia buat aku sakit jiwa dan penasaran. Memaksa berdoa kepada Tuhan supaya dia juga mengingatku. Aku yg apa adanya dan dia yang maha sempurna. Senyum tulusnya, yang membuat mata kecil itu terlihat segaris, membuatku dilatarbelakangi lagu Kala Cinta Menggoda-nya Crishye. "Bukan ku tak dapat membohongi hati nurani, ku tak mampu menghindari.. GEJOLAK CINTA INI"

No comments: