Friday, January 25, 2008

feminist, anda mencintai perempuan?

Saya pernah ditanya oleh salah seorang teman setelah kami mengikuti perkuliahan tentang feminis, ”Kamu feminis, Va?” Terus gua jawab aja, ”Iya, gua mencintai perempuan” Terus kita berdua ketawa-tawa, lebih tepatnya merasa aneh dengan apa yang baru saya katakan sebelumnya, hahahaha. Menurut Narasumber perkuliahan, Aquarini, doi bilang gini, ”Siapa pun yang mencintai perempuan adalah seorang feminis.” Hmm, dan nampaknya saya memang mencintai perempuan. Gua gak suka ngeliat perempuan direndahkan oleh laki-laki dengan siulannya. Gua kasian sama perempuan yang sampai tega menjajakan dirinya untuk memperoleh uang dengan jalan pintas. Gua salut dengan perempuan-perempuan yang bekerja sekaligus masih bisa menjaga hubungan bersama keluarganya dengan baik.



Hoho, berarti.. laki-laki juga feminis dong? Tadinya gua kira begitu. Karena lelaki normal sudah pasti mencintai perempuan. Berarti feminis dong? Setelah dipikir-pikir lagi, nampaknya bukan. Kenapa? Kenapa? Karena sebesar apapun mereka mencintai perempuan, mereka tetap tidak bisa merasakan apa yang dialami perempuan tapi laki-laki tidak. Laki-laki tidak mengalami menstruasi, mereka juga tidak pernah merasakan bagaimana emosinya jiwa ini ketika menghadapi hal-hal remeh yang tidak sesuai saat perempuan sedang PMS (bok, naluri pembunuh terkadang muncul!), laki-laki juga gak pernah hamil atau ngerasain sakitnya melahirkan (konon, yang ini gua juga belum pernah ngalamin), dll.







Oke, oke.. seberapa besar feminis yang terkandung dalam diri gua? Kurang tahu ya. Karena gua juga gak terlalu paham atau bahkan mencoba mendalaminya pun tidak. Kurang kritis juga otak gua untuk berargumen tentang hal kayak beginian. Tapi biasanya, saat berdebat tentang feminis, pasti lanjutannya ngebahas tentang kesetaraan gender ataupun poligami. Iyaya, perempuan emang lagi giat-giatnya memperjuangkan supaya mereka diakui sejajar dengan laki-laki. Pendapat gua? Haha, jangan tanya, culun banget pasti jawaban gua.

Ayo berputarlah otak, cari tahu jawabannya!! Gua sih selalu mencoba menyikapinya dengan santai, karena gua yakin baik perempuan maupun laki-laki diciptakan sudah dengan kodratnya masing-masing, punya peran dan tanggung jawab tersendiri. Gender? Perbedaan antara laki-laki dan perempuan (eits, coba kita ubah urutannya ”perempuan dan laki-laki. Bahkan hal ini sudah ter-setting, urutan perempuan adalah setelah laki-laki) yang tidak hanya terletak pada jenis kelamin akan tetapi juga terletak pada peranannya masing-masing yang sudah dikonstruksikan oleh budaya dan masyarakat setempat. Misalnya, perempuan bisa melahirkan karena punya rahim, sedangkan laki-laki tidak. Itu namanya perbedaan secara seks. Sedangkan, perempuan harus bisa hamil untuk benar-benar menjadi perempuan yang sesungguhnya, itu berkaitan dengan gender, karena sudah menyangkut peran ataupun budaya.. Hahaha, lagi-lagi sotoy marotoy!!



Oke, balik lagi ke kesetaraan gender tadi. Gua belum punya argumentasi yang ok untuk mengomentari hal ini. Yah jalani ajalah kodratnya masing-masing. Kalau perempuan berani berteriak untuk disamakan yang sesama-samanya dengan laki-laki, berarti mereka harus siap dengan konsekuensinya. Mereka harus siap, mau, dan mampu melakukan hal yang dilakukan bisa, atau biasa dilakukan oleh laki-laki. Tapi coba deh dipikir, perempuan minta disetarakan? Berarti mereka mengakui bahwa ada yang tidak setara? Lebih rendah? Masalahnya sampai saat ini gua belum pernah denger ada kaum laki-laki yang minta disetarakan (maaf kalo ada yang udah pernah denger, tapi gua belum pernah tau, tolong dikoreksi). Ayo dong perempuan, kita harus pede. Gak usah repot-repot berteriak, minta diperlakukan sama. Langsung kasih actionnya aja. Kalau kita capable, apa yang kita lakukan dinilai baik, pasti dapet kesempatan kok untuk berlagak.. beruntung banget kita hidup di jaman sekarang. Gua jadi kasian sama Ibu kita Kartini. Dia dianggap sebagai salah seorang pelopor emansipasi di Indonesia, tapi gua gak tahu seberapa sering juga doi nangis karena di madu (or racun) sama lakinya? Well, hati Ibu kita Kartini siapa yang tahu? Hehe.



Ayo perempuan, kita harus menghargai diri sendiri. Sadarilah bahwa kita itu begitu indah. Percaya sama gua. Saat kita berpakaian seksi (apalagi telanjang), coba liat reaksi lelaki, huuhu kebanyakan gembira, seneng gila, kayak udah gak ketemu nasi ribuan tahun. Coba kalau laki-laki yang telanjang, haha kebanyakan dari perempuan bilang ”apaan sih jijik banget” (hoho, hati perempuan siapa yang tahu?). Oke selingan dikit ya, cewe pengen tampil semenarik mungkin dengan berdandan secantik mungkin, kenapa? Karena secara tidak sadar ingin dilihat cantik oleh laki-laki kan? Butuh pengakuan laki-laki. Berarti menganggap laki-laki lebih punya hak untuk menilai apakah perempuan terlihat cantik atau kurang cantik.

Bagaimanapun kita lebih unggul kok, kita yang melahirkan laki-laki. Tapi ironinya, nenek moyang perempuan yang bernama hawa hanyalah (berasal) dari tulang rusuk nenek moyang laki-laki bernama Adam. Bok??? makanya gak usah dipusingin, tapi asik juga ya? Udalah santai aja nyikapinnya.. laki-laki dan perempuan, riwayatmu kini..

No comments: