Tuesday, April 22, 2008

sesembahan untuk mereka

Satu minggu terakhir menjelang sidang. Saya lebih banyak diam, dan terkadang berteriak kecil. Ada perasaan tak enak. Mungkin diracuni oleh rasa capai yang berlebih. Ada ketegangan, ada ketakutan. Di satu minggu terakhir.

Bukan proses sidang yang menjadi ketegangan. Bukan pula tidak bisa menjawab pertanyaan yang menjadi ketakutan. Saya lebih banyak diam. Dengan berakhirnya proses sidang, berarti sudah selangkah lebih maju dibandingkan yang lain. Memang agak cepat hitungannya untuk menyelesaikan masa perkuliahan, sehingga ada satu waktu saya akan merasa sendiri sebagai yang meninggalkan.

Dunia kalian bukan duniaku lagi. Maka tak ada yang dinamakan dunia kita. Satu minggu terakhir atau satu bulan terakhir sebelum benar” dilepas lewat prosesi wisuda. Bodoh karena tidak bisa memanfaatkan masa pertemanan dengan sebaik-baiknya atau senakal-nakalnya? Haha. Bahkan di bulan terakhir sebelum hengkang, saya malah memilih jalan untuk magang, jauh di ibukota yang keras. Untuk apa? Terlambat jika saat ini saya merasa salah ambil keputusan. Hari-hari terakhir, saya sia-siakan, bukannya menjadikan setiap detik menjadi quality time.

Teringat saat pertama kita baru kenal. Haha, tidak menyangka bahwa kalian yang bodoh itu akan menjadi teman main di hari berikutnya. Cukup ohesif, tapi kita tidak pernah satu pandangan. Tidak enak bertukar pikiran dengan kalian, karena ujung-ujungnya terlalu banyak solusi yang nyerempet lelucon, lalu tertawa bersama, tertawa dimana hanya kita yang tahu apa makna dibalik tawa tersebut. Saya tidak memiliki banyak teman seperti orang lain yang mengaku punya sejubel teman. Tapi jelas dari sedikit itu, saya mendapat banyak. Tentang apa itu yang dinamakan teman. Selalu ada usaha untuk membantu yang harus dibantu. Ada kenyamanan di setiap kebersamaan. Ada ketololan untuk dibercandakan. Ini hanya perasaan melankolis dari seorang teman yang takut kehilangan semuanya. Dan saya berpikir apa nantinya kalian dapat merasakan bahwa aku sudah tidak ada lagi di sana? Apakah saya adalah seorang yang berkesan atau tidak.

Terimakasih untuk penilaian sotoynya di semester satu dahulu, dimana ada anggapan bahwa saya terlalu acuh, ekslusif, dan malas bergaul untuk diajak berteman. Boook? Emang gua se-freak itu apa jadi manusia? Terimakasih karena bisa mengimbangi saya yang moody. Yang selalu mengundang pertanyaan mengenai keadaan diri yang sedang tidak bersahabat dan didaulat sebagai manusia jutek,, well as we know, jutek is my middle name. Terimakasih juga untuk ajakannya, “arva, kita satu kelompok ya!”, hahaha.. padahal kalian tau banget saya gak terlalu bisa nyantai di awal supaya bisa santai di saat terakhir, dan kalian pun percaya dengan mengatakan, “Gua tenang kalau bareng elo, pasti semua ada stepnya.” Gila tu manusia pada, bukannya tegang malah girang. Makasi kepercayaannya. Makasi juga buat segenap pihak (baik pencetus maupun penyebar) yang selalu membuat gossip aneh tentang saya. Kenapa sih gak ganti subjek penderita aja sekali-sekali? Yah gossip kalo gua udah lulus lah, gua ikutan miss Indonesia lah. Terimakasih untuk membuat saya menjadi tumbal, dengan seenaknya menyebut nama “arva” jika ada keadaan yang berhubungan dengan dosen. Kalian adalah manusia sial begundal. Hahaha.
Kalian orang baik, mudah”an masih banyak kebaikan bagi saya tanpa kalian. Daaaaagh neeeekk!!

No comments: