Wednesday, May 21, 2008

saya tidak cocok dengannya

Tadi gua sempet ketiduran, padahal di seberang sana masih ada suara dari seseorang yang tidak pernah membuat bosan. Setelah jalinan komunikasi dihentikan (haaaaalaaah jalinan komunikasi!!!!), gua merasa sangat terjaga ey-key-ey tidak ngantuk lagi. Terus gua ngeliat oom gua yang sedang menjadi budak duit, doi tiba” berubah profesi jadi tukang ketik tante makalah gua dengan iming-iming bayaran yang tidak seberapa besar. Ahaaa, jangan bengong, masa muda harus digunakan seproduktif mungkin. Apa ya apa ya apa ya apa ya?? Sibuk gonta-ganti channel, gak ada kabar tentang Alm. Sophan Sofyan lagi (membayangkan bagaimana tante Widya tidur sendiri.. pasti sangat berat), sinema elektronik di layar kaca juga tiada (hahahaha, kerjaan orang yang gak punya kerjaan), browsing internet males, ahaaaaaa menulis saja. Saya suka menulis, suka, dan suka.

Masa kawula muda harus dilewati seproduktif mungkin, apalagi bagi penderita insomia. Cuma masalahnya adalah, apa yang mesti gua tulis? Bagaimana kalau kita berbicara tentang makanan. Karena mahluk diciptakan Tuhan untuk makan. Bukan makan untuk hidup. Tapi.. ada beberapa makanan yang tidak saya sukai, entah mengapa.. diantaranya :

Jengkol. Siapa bilang keturunan betawi pada suka jengkol semua? (Soalnya setau gua sih, yang namaanya anak betawi itu pada betingkeh, gak berbudaye, ketinggalan jaman –please check Si Doel Anak Sekolahan Lyrics). Walaupun jengkol memiliki kegunaan yang sangat besar (?!! Apa itu apa itu? Pengen tauuuu!!)--yakni menghilangkan bau pete. bisa di cek kebenarannya--, gua tetep anti jengkol. Maafkan saya leluhur, karena bisa saya pastikan bahwa apabila tiba-tiba saya gemar makan jengkol, maka NERAKA AKAN DINGIN!! Alias gak mungkin lha neeeek..

Ikan. Sebetulnya ikan gak punya masalah dengan gua ataupun keluarga besar gua. Dia hanya mahluk kecil yang lucu dan penuh warna. Kehidupannya tentu bermakna sekali ya. Ikan, jangan marah dong kamu, kata orang kamu enak kok, kata Bu Guru Biologi kamu juga banyak protein hewaninya. Tapi, dimanapun dan bagaimanapun engkau disajikan, engkau selalu berbentuk utuh. Masih ada kepalanya, dan membuatku tak tega untuk menyantapmu. Padahal hewan-hewan yang lain selalu dipenggal dulu kepalanya..

Kambing. Selain kurang baik untuk kesehatan, sikapnya kambing juga tidak baik. Apa coba? Dia kalau ingusan gak pernah di-lap. Coba liat deh, idungnya selalu basah tau. Mana bisa gua makan sambil ngebayangin doi yang semasa hidupnya selalu menjadi anak ingusan!! Im not pedofil!!

Nasi. Sebenernya gua mulai bisa menerima nasi dalam kehidupan gua sih. Supaya terkesan lebih manusiawi atau terkesan memiliki rasa nasionalis yang cukup tinggi sebagai bangsa Endonesa yang memiliki prinsip “Belum makan kalau belum makan nasi”. Ternyata rasanya gak buruk-buruk amat, walau terasa agak pait.

Jeroan. Ya ampun ada lho yang bisa makan jeroan.. Bagian dalam dari sebuah hewan. Mana pait. Apalagi yang namanya ati. Ngapain sih pake acara dimakan segala? Dirasain aja udah gak enak banget. Mana ada makan ati yang enak??..

Durian. Maaf Pah, Mah.. anak mu ini masih kalian kategori kan sebagai manusia bodoh karena tidak suka durian. Apa enaaaaaaaaakknyaaaaaaaaaaaa??????? Jadi tolong, jangan teriak” panggil saya untuk sekadar basa-basi menawarkan kalau kalian lagi kegirangan makan durian..

Makanan Haram. Haha, boro-boro tau rasanya, dicoba aja gua gak berani.
Buah Khuldi. Jikalau buah itu tidak ada, mungkin kita sedang kegirangan main gapleh di surga, hahaha...

Itu aja kali ya, sebenernya banyak sih masih banyak yang gua gak suka, tapi mau digimanain lagi, manusia terlalu kreatif untuk menjadikan sesuatu yang aneh untuk disajikan dalam bentuk hidangan. Jadi, makanlah selagi bisa..

No comments: