Tuesday, March 11, 2008

path

Path analysis, mungkin ada yang bertanya, setan macam apa itu? Setan itulah yang beberapa hari ini menjadi mimpi buruk bagi seorang Vintya. Path analisis berbentuk tanda panah awut-awutan sebagai koefisien jalur dalam metodologi penelitian kuantitatif. Dan, metode serabutan inilah yang akan membantu saya dalam menganalisa penelitian saya.

Sebenarnya, gua gak mau pakai metode ini, tapi dosen pembimbing gua yang sakti mandraguna terus memaksa (tapi dia bilang sih ”saya gak maksa loh, tapi saya tahu kamu bisa). Konon katanya walaupun metode ini rumit, tapi bisa saya pelajari. Bagi saya, path analysis bukan metode tapi ****. Maka dosen pembimbing menjelmalah sebagai guru spiritual karena dia rupanya dapat menjinakkan metode tersebut.

Dibilangin gua gak mau, masih dipaksa. Eh taunya, wajah dia mengeras (padahal dia bilang dia gak maksa??). Skripsi pun semakin diperumit. Huuuh! Setelah satu minggu merenung di bukit Manglayang, akhirnya Vintya memilih jalan damai dengan mengikuti anjuran dosen (bukan, itu adalah perintah!). Setelah mengatakan hal ini, wajah dosen berseri-seri. Saat itu hari sudah malam dan menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah bimbingan selama satu setengah jam di sebuah gedung perkuliahan, terlibatlah saya dalam percakapan seperti ini :

Vintya : ”Yaudah deh, Pak. Saya pakai path analysis saja. Tapi bapak harus bimbing saya lebih sering, karena saya punya target kapan mau lulus.”

Dosen : ”Bisa kok, nanti saya bimbing. Tenang saja, walaupun ini rumit, bisalah pokoknya. Kamu pelajari saja skripsi punya si C, dia juga pakai metode ini.”

Vintya : ”Sudah, Pak. Tapi saya masih bingung. Ini sudah saya gambar model strukturalnya, tapi saya masih belum mengerti bagaimana menafsirkan hipotesisnya. Lalu, skripsi siapa lagi yang bisa saya pelajari?”

D : ”Baru tiga orang yang pakai skripsi ini, tapi kamu pelajari saja skripsi si C”

V : ”Selain si C?”

D : ”Pelajari saja punya si C” (sebenarnya yang make metode ini tuh si C sama siapa ? mahluk gaib)

V : ”Yaudah, berarti sudah saya pelajari, dan hasilnya seperti ini”

D : ”Saya gak mau suapin kamu, kamu sekarang jangan pulang dulu, beli buku dulu di Gramedia” (Bok, barusan doi bilang doi mau bimbing gua??)

Padahal itu udah jam setengah delapan malem, dan itu di Bandung. Dan gua harus pulang ke Jatinangor naek bus yang harus ditempuh selama satu setengah jam, itu juga kalau gak macet dan selamat dari godaan tukang jeruk, tukang tahu, dan tukang lainnya. Akhirnya sambil menyesali nasib, gua membeli buku malam itu juga, dan belajar keras keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, gua ke bengkel statistik untuk konsultasi sekaligus minta jasa olah data. Terus saat menanyakan mengenai hal pembayaran, ternyata si konsultan statistik itu berkata lantang, ”400 ribuu..” dan langsung saja gua lanjutkan dengan satu kata, ”...seeeet” oh My God, kok mahal bener yah? Biasanya kan cuma 250ribuan. Ternyata pas ditanya, konsultan berkata, ”karena metode ini jarang digunakan dan biasa digunakan untuk S2 atau S3”..

1, 2, 3 ........ ”Bapaaaaaaak doseeeeeeeeeen!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”



PS : Bapak, kalo bapak liat posting ini, ini cuma curahan hati saat saya sedang merasa kesulitan ya.. tanpa bermaksud menyinggung hati siapapun..

2 comments:

Anonymous said...

mbak vinthya.. mw nanya.. mbak uda sukses blum mengenai path analysisnya??dosenku juga maksain pake itu dan aku ga paham2.. ada buku yang mbak rekomen ke saya untuk dibaca mengenai path analysis??? thanx...

Anonymous said...

pliss email judul bukunya ke pipien_2002@yahoo.com ya.. thanx bngt