Wednesday, December 5, 2007

NutriSari Street Marketing Competition

Kira-kira dua bulan yang lalu, salah satu teman mengajak saya untuk menjadi anggota timnya dalam mengikuti kompetisi yang diadakan oleh NutriSari. Kompetisi itu berkenaan dengan keluaran produk baru NutriSari dalam kemasan kotak, bukan cuma sachet. Nah lho, kebayangkan? Makin banyak aja jeruk yang makan jeruk..


Kompetisi ini berlangsung pada tanggal 22 dan 24 November 2007. Tahap pertama kompetisi mewajibkan seluruh tim untuk mengajukan strategi pemasaran dalam menjual produk. Tim kami lolos seleksi tahap pertama. Terdapat 32 tim yang lolos dari berbagai universitas untuk berkompetisi di tahap selanjutnya. Sedangkan tahap kedua adalah tahap implementasi strategi pemasaran tersebut. Pada tahap ini, kami dituntut untuk menjual produk sebanyak-banyaknya dalam kurun waktu 9 jam. 12 tim yang berhasil melakukan penjualan terbanyak akan masuk ke dalam tahap grandfinal. Tantangan Bo’!!


Pada awalnya, tim kami merancang strategi dengan menekankan pada tool sales promotion dengan mengiming-imingkan insentif pada calon konsumen. Tapi, pada prakteknya, tim kami berpikir apabila ingin lolos dengan menjual produk yang banyak dalam kurun waktu yang sedemikian sempit, maka kami harus mengganti strategi dan target konsumen kami. Akhirnya, kami lebih menekankan pemasaran produk ke toko-toko atau grosir yang berpotensi sebagai calon konsumen utama. Sehari sebelum pelaksanaan lomba, seusai technical meeting dengan pihak panitia, saya dan Atun mencuri start. Kami melakukan negosiasi dengan para pemilik toko yang diperkirakan berniat membeli produk NutriSari dalam jumlah dus, bukan perkotak.


Saya bersama Atun (manusia yang tak kalah konyol, mengapa Tuhan menciptakan dia?), keluar masuk toko sebagai dua orang sales yang bodoh. Dari 6 toko pertama yang kami masuki, angka penjualan kami cukup fantastik, yakni 0, ya 0 BESAR!! Haha.. Tiba-tiba saja, saya yang tadinya tidak memiliki cita-cita dalam hidup menjadi mempunyai cita-cita yang amat luhur, yaitu.. tidak ingin menjadi sales!! Sumpah.


Putus asa? Sori menyori ya. Kami tetap memasuki toko-toko yang lain. Kami pun belajar dari kesalahan dan menemukan cara yang tepat dalam menawarkan produk, inilah percakapan tolol kami dengan penjual :


Kami (K) : “Sore, Pak! Ada NutriSari?”

Penjual (P) : “Ada (sambil memberi produk NutriSari kemasan sachet).”

K : ”Bukan yang ini, Pak! Tapi yang kotak, yang baru.”

P : “Oh, belum jual, Neng!”

K : “Tenang saja, Pak! Kami punya! Tereeeeng! (Sambil menunjukkan produk tersebut dengan senyum lebar. Saya membayangkan betapa konyolnya kami saat itu).”

P : (Kaget).

K : “Begini, kami adalah mahasiswa Fikom Unpad yang sedang mengikuti lomba ‘NutriSari Street Marketing Competition’, yang jelas kami bukan sales. Gak ada tampang kan, Pak?”

P : (Tertawa maksa, miris)

K : ”Va, keluarin KTM, Va!” atau ”Tun, buru KTM, Tun!!”

P : (Syukurnya, dia percaya)

K : ”Kami mau menawarkan produk ini, satu dus berisi 24 kotak dan kami jual seharga Rp. 50.000,00, sedangkan harga perkotaknya Rp. 2.100,00. Kami juga telah menanyakan pada pihak NutriSari, dan ternyata mereka pun menjual pada agennya seharga Rp. 2.500,00 @kotak. Bahkan kami juga telah mengadakan survey ke AlfaMart yang telah menjual produk ini, mereka menjualnya dengan harga Rp. 3.200 @kotak. Berarti, apabila membeli kepada kami, Bapak/Ibu bisa untung sebesar Rp. 1.100 @kotak, Rp. 25.400, 00 @dus. Kami tidak mengambil untung kok, karena yang ada dalam pikiran kami hanya bagaimana cara menjual produk ini sebanyak-banyaknya supaya bisa menang lomba. Gimana?”

P : (Masih diam)

K : “Penawaran menarik ini cuma berlaku hingga Jumat Malam saja, Pak. Karena lomba ini berakhir pada hari Sabtu. Jadi kalau bapak berniat memesan, saya bisa meninggalkan nomor handphone saya. Tapi penawarannya hanya sampai Jumat malam saja, lho. Bapak/Ibu tertarik?”

P : ”Saya tuh gak berani, Neng. Kecuali kalo mau titip produk saja. Lagian, jarang mahasiswa yang mau beli kotak-an gini, lebih mahal. Takutnya lama baru laku kejual”

K : ”Tenang saja, Pak. Masa expired-nya masih lama, masih setahun lagi hingga September 2008. Warung ini kan cukup laku, insyaAllah dalam waktu segitu bisa kejual. Kita doain deh, Pak. Lagipula, kalau tidak laku, bapak yang minum saja sendiri, enak kok, Pak, seger, hahaha” (Saya membayangkan lagi betapa tololnya muka kami saat itu)”

P : ”Harus satu dus?”

K : ”Iya, pak. Dijamin laku deh, Pak. Kan kita doain, tapi bapak juga doain yang suapaya kita juga berhasil menang lomba.”

P : ”Ya sudah, saya coba satu dus dulu”

K : “Yey!!”


(Kesimpulan, jikalau kami lolos, hal itu didasari oleh doa para pemilik toko)


Keesokan harinya, pada saat kompetisi tahap 2 berlangsung, kami juga memasarkan produk dengan menggunakan teknik personal selling person to person kepada mahasiswa Fikom. Kami memiliki muka tebal karena menjadi sales di kampus sendiri. Tapi hal itu justru menjadi keuntungan bagi kami. Kami tahu konsumen kami yang gampang dirayu. Tapi anehnya, setiap saya berkata, ”Beli 5 dapet Atun”, mereka malah mengurungkan niat untuk membeli, sial. Akhirnya, kami berhasil menjual 32 dus produk Nutrisari, dan berhasil lolos ke tahap grandfinal.



MENJELANG GRANDFINAL


Kami sadar bahwa target penjualan kami harus gila-gilaan. 100 Dus. Orang tolol mana yang menetapkan angka itu. Oh, setelah dipikir-pikir lagi, orang tolol itu adalah saya, haha. Tapi lebih tolol teman-teman saya, karena mereka mengiyakannya. Bener gak? Yah, intinya, kami ini sangat optimis, optimis yang nyerempet takabur..


Akhirnya, Malam itu juga, setelah pengumuman, 2 hari sebelum tahap grandfinal, kami mulai mencari mangsa, target pasar mulai dilebarkan. Suasana saat itu sudah seperti di WallStreet. Dan saya adalah bandar! Di dalam mobil yang cukup tua dan aneh itu, kami berempat memegang handphone mencari mangsa yang bisa dipaksa. Keadaan saya? Tangan kiri memegang handphone menelepon mangsa, tangan kanan memegang pulpen dan kertas untuk mencatat transaksi yang sudah berhasil dinegosiasikan. Lalu saya berpikir lagi dengan pemikiran yang sangat jenius, ”Aha, rupanya saya bukan hanya bandar. Saya lebih mirip sebagai cici toko!! Saya naik pangkat!” Thanks for guru matematika dan akuntansi yang telah mengajarkan saya berhitung dengan menggunakan otak, bukan kalkulator.


Dengan tenaga yang tersisa, malam itu juga, kami masih memaksakan tenaga untuk bermain ke Terminal Teuwipanjang menjajakan penawaran. Atun mulai gila, otak mulai bergeser. Tiba-tiba para penjual tidak mengaku bahwa merekalah empunya toko, mereka saling tunjuk satu sama lain karena takut dengan muka Atun yang mulai tidak berbentuk, mukanya mulai menyerupai siluman jeruk. Dan saat itu, Atun yang sudah stres cuma bisa berkata, ”Yah, siapapun lah diantara lo berdua yang punya nih toko, dengerin gua dulu” Hahaha, goblok!! Bahkan ada Pak Haji yang mempunyai grosir di terminal tsb sampai kabur gara-gara Atun.


Yah, gak banyak sih produk yang terjual, abis kelakukan penjaga tokonya juga aneh. Masa, 1 dus NutriSari kotak mau dituker pake dodol?? Kita butuh duit.. Oya, si Atun saking gebleknya, masa dia nawari NutriSari ke toko plastik? Ya jelas aja di tolak, hahaha.. Tapi usaha Atun udah maksimal kok, rambutnya yang kena korban mode (rebonding) udah sampai garuk-garuk aspal. Tapi usaha kita gak sia-sia kok, sebelum pelaksanaan lomba, kita berhasil menarik konsumen untuk inden ke kita hingga 81 dus, lumayan..



GRANDFINAL


Selain mendistribusikan produk kepada pihak yang sudah inden, kami juga tetap menjajakan produk ke grosir yang belum kami datangi. Sampai berakhirnya jam kompetisi, kami berhasil mencapai target, kami berhasil menjual 104 dus. Oya, hadiah untuk pemenang pertama itu adalah jalan-jalan ke Bali. Dan setiap kali pihak panitia bertanya, ”Wah, gimana caranya bisa ngejual 100 dus NutriSari dalam kurun waktu 9 jam?” Saya pun menjawab, ”Hah? Barangnya masih ada tuh dikosan, rencananya baru dijual di Bali”.. Biarinlah si panitia mau bilang gua bego atau apa.. Tapi yang jelas gua udah capeeekkkkkkk, lapeeeeeeeeerrrrrr.....


Pas hasil pemenang diumumkan, ternyata kami harus berpuas diri dengan hanya berada pada pemenang ke tiga. Tapi cukup miris juga, karena perjuangan kami yang udah sampai lupa napas harus dikalahkan oleh pihak yang memiliki uang banyak. Kenapa? Karena saat pemenang pertama menjelaskan tentang siapa saja yang membeli produknya, ternyata ia mengatakan ”Yang membeli produk kami itu papa saya, mama saya, tante saya, dia, dia, saya juga beli (dia, yang dimaksud dengan DIA adalah temannya satu tim).. Well, congrats, ya!! Tapi jangan sampai kalian ke Bali dalam keadaan sakit perut karena kebanyakan minum NutriSari. Untuk pemenang kedua, mereka dibantu dana oleh Rektorat Universitas. Kalau mau tahu nama kampusnya, cari aja kampus yang paling banyak punya stock NutriSari kotak-an, hehe. Sedangkan kelompok kami? Mati-matian keluar masuk toko dan jadi telemarketer dengan mengandalkan suara emas untuk merayu..


Anehnya, gua gak kecewa-kecewa amat kok.. Itung-itung pengalaman. Untuk pergi ke Bali gua gak perlu ngandelin duit si NutriSari. Nanti, pakai duit yang dihasilkan dari ilmu yang telah gua pelajari selama beberapa hari itu. Lagian, ke Bali tuh pakai pesawat, masa pakai jeruk?? Satu hal lagi yang gua pelajarin, apabila kita ditolak sebagai sales, jangan pernah menyerah, cari celahnya. Jadikan kata ”NO” dari mulut target yang kita tawarkan sebagai singkatan dari ”Next over” atau ”Next Offer”.


Well, satu lagi pengalaman bodoh dalam hidup gua, mau-maunya lo jadi korban kapitalis, digoblokin sama NutriSari! Hehey, jangan salahin gua, salahin temen dan dosen gua yang nyuruh ikutan kompetisi macam ginian..

No comments: