Sunday, April 11, 2010

the game

Setiap orang pernah gagal. Tapi bagaimanapun juga, saya yang punya kendali penuh untuk tetap gagal atau berbalik melesat menuju keberhasilan. Hidup adalah permainan, sebuah kompetisi.

Ibaratnya sebuah permainan bola basket.

"5 posisi dalam satu tim, mainkan semuanya dengan satu pemain, saya si multitalenta. Multitalenta dalam fungsi sebagai playmaker, foward, shooter, maupun center. Kelincahan dalam memandu permainan, pemberi umpan, penembak, dan si pe-rebound..

Saya mengendalikan bola. Jangan teriak stop supaya saya berhenti berlari kesana-kemari mengatur irama permainan. Jangan teriak minta dioper, karena dari posisi ini, sudut pandang saya lebih luas untuk mencari celah kepada siapa harus mengoper walaupun dijaga ketat secara men to men. Passing! Saya seorang playmaker.

Catch the ball! Hooop. Saya yang tadinya berada di depan, kini secepat kilat berganti peran yang berada di sisi kanan atau kiri, sebagai seorang foward. Menerobos defense dari benteng pertahanan yang harus dihadapi.. Berpikir cepat untuk menjalankan taktik selanjutnya. Melirik ke kanan dan ke kiri. Ayo putuskan! Apakah saya harus mengoper kesempatan ini, mencoba men-drive ke arah lebih dekat, atau tetap bermain di luar zona 3points (zona yang masih cukup jauh dari ring) secara hati-hati?.

Hey, rupanya sekarang saya sudah menjadi shooter dan cutting ke arah dalam. Oper sekaligus tangkap! Tanpa berpikir panjang, sense menembak saya pun muncul. Panggilan jiwa tentang saat yang tepat untuk menembak. Jump and two point shoooooot!

Aaarrrrghh.. Saya gagal sebagai shooter. Bolanya masih mental, muntah di daerah bibir ring.. Gagal? Kesempatan itu kandas.

Hey tenang!! Saya juga berperan sebagai center, dan tugasnya adalah me-rebound. Lompat setinggi mungkin untuk menangkap kesempatan (bola) yang jatuh tadi dan kemudian mencoba menembak kembali. Ah, ternyata lompatan saya kurang tinggi dan rebound saya pun gagal.. Saya kalah.

Sekarang, bola itu lepas dari tangan. Semua usaha dari masing-masing posisi tidak membuahkan hasil. Saya capai dengan kegagalan. Dan saat bola itu tidak di pihak saya, saya merasa stres. Kemana wasit? Saya kecewa!!

Belum selesai. Belum saatnya berkecil hati, waktu saya masih cukup. Berhunbung saya menjelma sebagai seluruh posisi, saya tahu satu hal tentang apa yang harus segera saya lakukan : STEAL THE BALL, tanpa melakukan fault!

Gagal sekali, dua kali, tiga kali tidak akan membuat saya menyerah sebelum waktu pertandingan usai. Yang saya butuhkan hanyalah time out. Menenangkan pikiran, melepas letih, merencanakan kembali strategi yang tepat.

Baiklah, permainan saya mulai kembali!"

Gagal rebound itu ga enak, gagal rebound itu wajar, tapi yang berikutnya pasti berhasil! Teriakan pendukung dalam stadion ini, teriakan ini.. :)

bioskop termegah

Coba perhatikan dalam dunia yang berputar di sekitarmu. Seberapa kenalnya kamu dengan mereka? Hey! Mereka bisa jadi seorang saudara, kerabat, pacar, teman. Beberapa diantaranya menjadi luar biasa menarik sehingga kita penasaran dan terus menempatkan mereka untuk tetap ada di sekitar sini. Tidak peduli jelek baiknya. Ini bukan hanya tentang saya/anda, tapi tentang mengapa saya/anda tetap memperhatikan siapa saja yang ingin saya/anda perhatikan. Kerumitan hidupnya adalah jalan cerita yang ingin diketahui. Karena itulah saya dan mereka berbagi peran. Dimana dia yang satu bercerita dan yang lain menjadi seorang penonton, atau sebaliknya. Mengapa kalian begitu menarik di mata saya? Wahai teman-temanku, sesungguhnya hidup kalian penuh intrik dan drama!

"Kamu adalah bioskop termegah.
Dalam sebuah iklan, kau menawarkan beberapa judul yang menjual cerita tentang hidupmu. Di sana menampilkan sinopsi singkat yang membuat saya penasaran mengapa kamu begitu layak untuk ditonton. Dengan memperlihatkan suatu gambar untuk menjual sosok, sebuah 'cover' yang indah.

Aku datang. Ruang tamu kehidupanmu cukup nyaman, seperti ruang tunggu untuk menimbang dan memilih tayangan apa yang ingin aku saksikan. Ruang itu adalah loket. Tak peduli berapa biaya yang harus kukeluarkan. Sungguh aku ingin membayar setiap sen untuk melihat kisah dalam jadwal tayang sore-mu.

Baiklah, film apa yang kau putar? Dan mana yang paling menarik? Horor, untuk kehidupan yang membuatmu ketakutan. Mengapa harus bayar jika ingin melihatmu takut? Sungguh aku tidak ingin. Action, untuk kehidupan yang membuat letih jatuh dan berlari. Mengapa harus bayar jika ingin melihatmu mengeluarkan peluh? Sungguh aku kurang tertarik. Komedi, untuk kehidupan yang membuatmu patut ditertawakan. Mengapa harus bayar jika ingin melihatmu begitu terlihat konyol? Sungguh aku ingin mencari bagian yang lain. Drama, untuk kehidupan yang membuatmu hidup. Mengapa aku harus berpikir ulang untuk segera membayar? Sungguh aku ingin, tertarik, dan 1 tiket untuk menyaksikan bagian ini. Ke-drama-an mu.

Selama dua jam ke depan aku akan memaksimalkan seluruh inderaku. Mata untuk keanggunanmu, telinga untuk kemerduanmu, kulit untuk bulu kuduk yang merinding terpana olehmu, lidah untuk tertegun, dan hidung untuk memastikan aku masih bernafas, masih hidup, semakin hidup saat menikmati cerita hidupmu.

1 tiket untuk 1 kursi kecil dalam posisi tegak. Sedangkan kau!!!! Kau begitu besar dalam layar beratus-ratus inchi! Kau paksa aku supaya fokus. Jika aku bosan, kamu sediakan kudapan yang bisa aku beli di dapur yang terletak dekat ruang tamu. Dapur yang menjual pop corn, nachos, sandwich, soda, ataupun cokelat hangat. Sebuah antisipasi yang terencana.

Sial!! bahkan kau belum memulai ceritamu, tapi kau sudah sajikan cuplikan-cuplikan menarik dalam trailer yang menggelitik rasa ingin tahu yang diwakili oleh kalimat, "next time, film ini harus gue tonton deh!".

Drama. Drama. Drama. 2 jam penuh drama. Drama. Drama. Drama. Aku melihat sekelilingku. Ada yang menangis. Ada yang yang tertidur. Ada yang tak berhenti mengunyah pop corn. Ada yang mengutak-atik handphone. Ada yang berciuman. Ada yang mengejekmu. Ada yang tetap fokus. Dan aku yang mencoba untuk mengerti jalan cerita, mencoba menikmati, kadang tertawa, sering terpana, sesekali-kali menggelengkan kepala. Tapi kau tidak peduli didalam layar lebar mu, kau tetap : Drama. Drama. Drama.

Selesai, dan lampu exit menyala. Penonton tidak diperkenankan berkomentar. Keluar dari pintu yang sama namun dengan pemikiran dan tanggapan berbeda. Tidak ada kotak kritik dan saran. Kita hanya bayar untuk menonton film, bukan untuk berkomentar, Bung!

Lampu dinyalakan kembali. Kehidupan penuh drama, dalam bioskop termegah."

Ps : bagaimanapun jg, aku tetap menanti aksi tegang kalian, jeritan horor kalian, dan jatuh cinta pada kelucuan kalian. Kalian yang sangat : Drama.

Wednesday, April 7, 2010

ugly truth & beautiful lie

"Bu, saya tidak suka dengan teman baru di sekolah"
"Kenapa, Nak?"
"Anaknya rese!"
"Resenya itu bagaimana?"
"Ya gitu!"
"Gitunya itu gimana, Sayang?"
"Dia rebut temen-temenku. Sekarang mereka lebih suka sama dia!!"

"Gimana responsnya Sera?"
"Dia suka kok!"
"Suka? Kok? Udah?"
"Iya, katanya Gani itu nice dan lucu"
"Nice? Lucu? Terus"
"Pokoknya strategi kita berhasil kayaknya, mudah-mudahan bisa lanjut ya!!"
"Iya deh :)"
"Tapi, Sera bilang kalo lo ganteng."
"Hah?"
"Cieee..."

"Aku kecewa banget ya sama kamu!"
"Maaf.."
"Kenapa sih kamu harus bohong mulu? Kenapa sih ga kasih tau yang sebenarnya aja?"
"Maaf, tapi aku ga maksud bohong"
"Munafik!"
"Aku cuma takut sama kamu."

"Lo berhak buat nentuin kebahagiaan lo!"
"Iya, tau.."
"Terus kenapa masih pengen nyusahin diri demi orang lain?"
"Karena gue lebih bahagia kalau dia lebih bahagia"
"Sakit jiwa!"
"Percuma, lo ga akan ngerti"

"Udah deh, ngaku aja sama aku"
"Apa yang mesti diakuin?"
"Kamu suka kan sama dia?"
"Suka sebagai teman, gak lebih"
"Kenapa sih gak jujur aja sama aku? Aku ngerasa ga dianggep sahabat sama kamu, krn km ga jujur, dan temen itu ga pernah bohong!"
"Buat apa aku bohong tentang hal yang jawabannya emang enggak??"

"Apa sih yang salah dari dia?"
"Dia cuma jelek. Itu aja."

"Kita ke Bandung, yuk?"
"Nanti ya dikabarin pastinya."
"Basi lo, gue tau lo kaya gimana. Bilang aja enggak dari awal!"

"Jadi beliin buat aku gak?"
"Enggak"
"Gimana sih? Aku kan mau!"
"Lho, kan kemaren pas aku tawarin, kamu bilang gausah!"
"Inisiatif kek!"

"Kenapa ya dia ga angkat telf gue?"
"Males kali"
"Atau mungkin sibuk?"
"Mungkin"
"Tapi kok dia jadi ga pernah ada kabarnya lagi ya?"
"Menurut lo?"
"Apa jangan-jangan dia sakit?"
"Udah deh, dia cuma ga tertarik sama lo!"

"Gue benci kerjaan gue"
"Kenapa?"
"Karena gue ga suka bos gue"

"Lain kali gausah bohong!"
"Lain kali gausa marah kalau aku jujur"

"Maaf ya aku ga bs pacaran sama kamu"
"Kenapa?"
"Karena kita sahabatan"
"Terus?"
"Kita lebih cocok jd temen."
"Kata siapa?"

"Aku sll dptin apa yg aku mau"
"Aku juga"
"Jadi aku kecewa bgt krn gagal dlm tes ini"
"Aku lolos"

"Lo gausa repot2 jd mencoba memahami gue"
"Tapi itu cara gue berteman"
"Yauda kalau gitu kita stop temenan"

"Selamat ulang tahun"
"Iya makasi"
"Kamu dimana?"
"Dirumah, aku ngantuk bgt. Jd pgn tdr aja"
Klik. "Tante, titip kado aja kalau gitu"

"Happy birthday to me"
"Haha aneh km, km yg ulang tahun kok kamu yang bawa kue kesini?"
"Karena aku pgn diucapin selamat yang langsung dari kamu."

"Please jangan tag fotonya ya"
"Karena pacarku ga suka aku temenan sama kamu"

"Kenapa sih km cuma bisa marahnya ke aku doang"
"Karena aku sayang sama km"
"Kamu ga sayang papa mama kamu?"

"Kamu tuh kenapa? Rumit bgt tau gak!"
"Terus yang simple tuh kayak gimana?"
"Gausa terlalu ikut campur dlm menilai mana yg baik atau yg buruk"
"Oh aku kira itu gunanya teman"

"Pola pikir kita tuh beda bgt ya"
"Iya"
"Jadi kita lebih milih diem buat ngehindarin konflik?"

"Aku bingung gimana caranya ngerjain ini"
"Aku sebel bgt sama temenku"
"Iya, dr td ga nemu-nemu caranya"
"Tapi emang uda males sih temenan sama dia"
"Oke.. Oke.. Lagi-lagi balik ke kamu ya topik pembicaraannya"

"Suka ga oleh-olehnya"
"Suka lha"
"Beneran?"
"Iya namanya juga oleh-oleh sih"

"Aku gendud"
"Kamu cantik kok"
"Aaa kamu boong!"
"Kan aku bilangnya kamu cantik"

"Kamu sayang sama aku?"
"Sayang"
"Kenapa?"
"Karena kamu sayang sama aku"

terkadang, seringnya, baik itu kurang cukup.

Empat huruf bermakna biasa. Efeknya juga segitu dramatis. Sebatas baik, saja.

Memang tidak berarti kurang. Tapi jelas tidak cukup (untuk manusia haus aktualisasi). Baik mungkin sekasta dengan "ok" dan ga ada orang yang merasa dihargai sebegitunya lewat 2 huruf O & K.

"Gimana penampilan gue?", "Ok kok", "Ok?" "Iya, kan ok itu bagus", "Oh, stidaknya Ok".. Ga kurang kok, tapi 'kok' kurang menyenangkan yah kedengarannya.

"Gimana tuh cowok?", "Dia baik kok", "Terus" "Ya.. Dia baik". Lumayanlah, tapi bukan sesuatu yang dibanggakan.

"Besok jalan yuk", "ok" *sebenarnya gue lebih berharap kalo respons-nya, 'yuk!'*

Biasa aja. Biasa bgt. Terlalu sederhana. Kena tanggung. Kurang spesial. Mentok amat. Sulit diintropeksi. Tapi.. ok-lah. Tapi, baiklah..

Touch my heart oouuugh I'm on fire! Saya juga berkaca. Jelasin deh definisi baik yang sesungguhnya. Bukan sedangkal lawan kata yang menyatakan bahwa baik itu tidak jelek.

Jadi inget, Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan kejelekan. Berarti manusia baik semua. Dan menjadi baik adalah sesuatu yang umum. Mungkin saya termasuk kaum haus pengakuan, dan kamu juga! Kita barengan berlomba buat menjadi lebih dari yang lain dengan pergi ke bimbingan les, dokter kulit, studio musik, mall, toko perhiasan, rumah ibadah, lebih lama di kantor, tempat happening, dll. Dipermainkan kaum kapitalis yang selalu muncul setiap kita berkaca, kontemplasi, melihat orang lain, atau lewat mimpi. Digandrungi budaya pop, masa kini.

Baik sudah pasti kalah dengan luar biasa. Tapi terkadang baik juga bisa kalah dengan hal yang minus.
"Gue ga terlalu suka cowo/cewe yg terlalu baik", "Knp?" "Kurang dinamika aja"

Baik itu cuma sekadar penilaian dengan nomor urut pertama.
"Dia baik, tinggi, ganteng, pinter pula!"
Bukan, "Dia pinter, ganteng, baik pula!" *rasio 1 diantara 10 untuk yg menyebutkan baik sebagai nomor buntut dlm penilaian*

Selayaknya golongan bersyukur, saya bersyukur menjadi atau mendapatkan yang baik. Seraya menghindari persepsi takabur, di dalam sini saya akui bahwa saya ingin menjadi atau mendapatkan yang lebih dari sekadar baik. Saya tidak ingin dikenal sebagai "Oh, itu loh Vintya yang baik". Bahkan kedua orang tua saya pun juga berpikiran yg sama dengan cara mereka berkata seperti ini sejak saya kecil, "Sekolah nak yang pinter supaya jadi Dokter". Doktrin dari usia dini untuk menjadi lebih. Kenapa bukan, "Sekolah nak supaya jadi baik"..

Hahhahahaha, sumpah ya, baik tuh nature, bakat. Manusia itu bawaannya baik. Ga ada yang satupun ibu hamil mengusap perutnya seraya berdoa, "Tuhan semoga anak saya baik". Tuhan juga ga pernah kepikiran nyiptain manusia jahat. Mubazir buat menuh-menuhin neraka.

Mulai sekarang, tiap ada yang menilai saya itu baik, saya bersyukur skaligus sedih. Disinyalir masuk surga, tapi ga ada perubahan signifikan semenjak dilahirkan.

"Hey, kamu baik.." "Terus?" "Senang berkenalan dengan anda!"

Hanya saja.. alam semesta kurang mendukung.

Beginilah jawaban jika ditanya kenapa masih aktif menyepi.
Saya cuma agak trauma in relationship sama alam semesta.

Saya pernah pacaran sama matahari, tapi dia emosian, jadinya begitu timbul masalah sedikit, eh dia panasan.
Bulan juga ga asik, masak dia datangnya pas malem doang? emang saya apaan?!!
Hmm pas lagi belajar suka sama awan, eh tiba-tiba dia ngilang ditiup si angin, ffiiiuhhh, mana ga sanggup amat kalo tiba-tiba dia nangis hujan. Belum lagi, saya ga kuat sama dramanya tiap petir ganggu keharmonisan kita.
Pendekatan sama bintang juga kurang mulus, sok superstar, basi! Madingnya uda siap terbit! Huh.. Gunung juga rese, kalau lagi keluar adatnya, ga ada tendeng aling-aling, main meletus aja!.
Meteroid hanya menjadi penonton. Kurang sedap, kelewat unpredictable, kalo lagi kumat sifat menyebalkannya, suka nyerang bumi, seringnya maen keroyokan pula!..

Hmm, nampaknya udara yang paling menyenangkan saat ini. Dia selalu ada dan saya butuhkan, bahkan tanpa saya sadari. Tapi tampaknya saya mesti hati-hati, terlalu banyak kandungannya. Nitrogen, hidrogen, oksigen.. salah hirup, bisa keracunan :(\

Huuuuhhhh, beginilah saya!
Alam semesta nampaknya krg mendukung.. Hahaha.
Kalau begitu, target operasi selanjutnya adalah penghuninya saja, seorang manusia :)