Monday, March 24, 2008

butut dan setengah butut

17 maret 2008,

Keadaan saya saat ini dapat dipastikan butut. Letih dengan rutinitas yang berkutat dengan penelitian yang metodenya tak dimengerti. Belajar dan belajar. Aku mempelajari hingga dari awalnya tidak mengerti sama sekali, menjadi sedikit mengerti, dan aku yakin aku akan mengerti. Pernah suatu saat aku tertidur dengan posisi tangan di atas tuts laptop yang sudah layarnya sudah ngaco karena tak disayang pengurusnya. Kecapaian. Bukan cuma fisik, tapi juga pikiran. Terlalu banyak yang ingin kulakukan dalam satu waktu hingga ada ketakutan bahwa aku tidak bisa menjalankan satu diantaranya.

Tapi kemauan ini begitu kuat, maka setiap malam hari aku selalu membuat jadwal maupun deadline, dan setiap pagi aku mengecek apa saja yang harus ku kerjakan hari itu. Sedangkan di siang sampai sorenya akan ku ceklis satu persatu rangkaian list to do itu. Capai, tapi harus kupaksakan diri ini supaya tidak lalai.

Tadinya aku merasa kesal, sangat. Pertama, dosenku yang terlalu perfeksionis jika dibandingkan dengan dosen pembimbing temanku yang lain. Dan dia pula yang memaksaku untuk menggunakan metode itu, tapi dia tidak ingin memberi pelajaran dengan menyuapi, terlebih dulu ia suruh aku mandiri. Dengan segala kesibukannya, kepintarannya, keperfeksionisannya, dia memang aneh. Yang kedua, metode ini. Metode ini benar-benar tidak kumengerti. Sudah dua minggu ini, aku selalu terjaga sampai malam, mengejar apa yang harus kukejar supaya perkembangan dari apa yang sedang aku kerjakan menjadi signifikan. Tapi sumpah mati, susah. Bahkan si pengolah data sempat-sempatnya sms saya tengah malam berkata bahwa ia bingung mau diapakan variabel-variabel itu? Tapi, si pengolah data itu begitu sabar dan baik hati. Ia memahami bagaimana perjuanganku, yang rela bolak-balik pagi dan sore ke bengkel statistik tempat ia bertapa untuk sekadar mengambil data atau berkonsultasi. Sedangkan siangnya aku semedi di perpustakaan atau di warnet mencari data, atau malah menyebarkan kuesioner pada 125 responden dan mewawancarai beberapa diantaranya. Sedangkan malam harinya aku harus menganalis data statistik dan menginterpretasikannya dari sudut pandang disiplin ilmu yang kupelajari. Jadi, si pengolah data juga semangat membantuku, dengan senyum. Kadang aku malah iba pada diriku sendiri, melihat mata cekung dan warna hitam yang melingkar di sekitarnya. Keempat, narasumber objek penelitian yang selalu memberikan janji manis tidak muncul juga, bahkan sudah dua minggu ini dia masih ingkar, dan membuahkan janji palsu. Dan kelima, aku begitu merasa sendiri, bagian ini aku yang tahu.

Tapi ditengah-tengah kekesalan itu, atau saat merasa iri dengan teman-temanku yang menjalaninya dengan santai, aku benar-benar merasa letih. Bahkan terlalu letih untuk mengeluh dan kesal. Hingga akhirnya aku menangis. Setelah capai menangis, aku mengikhlaskan semua. Dan ternyata, ajaib, setelah ikhlas, aku mendapat kemudahan. Terima kasih Tuhan.








Setelah dua minggu ini, alhamdulillah data sudah diolah dan bab 4 sudah setengah jalan. Deadline, minggu depan aku sudah bisa menyelesaikan bab1-4. Kenapa diburu-buru? Bukankah sidang skripsi masih akhir April atau awal Mei? Karena aku sudah pasti akan bedol desa ke Jakarta awal April-Mei ini, ada kegiatan lain yang menunggu. Jadi aku hanya bisa izin ke kampus hanya 1-4 kali dalam satu bulan (hanya pada saat sidang komprehensif dan sidang skripsi). Memang nekat. Tapi tak ada kesempatan yang boleh dilewatkan. Kalaupun sayang untuk melepaskan keduanya, maka jalani keduanya dengan maksimal pula. Maka akan kubereskan skripsiku ini sebelum aku menjalani yang lain. Cepat bukan berarti asal-asalan. Punya pekerjaan lain bukan berarti tidak fokus pada pekerjaan saat ini. Pekerjaan berikut yang menanti akan kujadikan motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan saat ini dengan maksimal. Tak peduli bagaimana letihnya badan dan pikiran, yang penting ingat makan kan? Bukankah segala sesuatu harus ada usahanya. Ganjaran yang dibayar oleh biaya. There is a will there is a way.. and I will always need your pray..

24 Maret 2008

Keadaan sudah tidak terlalu butut. Setelah super long wikend terlewati, kini saya harus kembali. Deadline terpenuhi. Bab IV sudah beres, tinggal minta evaluasi dan direvisi. Okey, let me do the rest..

Monday, March 17, 2008

Kisah Maria

Pernah gak merasa bahwa dunia gak berpihak sama diri lo? Baik, akan ku ceritakan sebuah kisah mengenai perasaan seseorang yang mencurahkan isi hatinya sehingga menjadikan aku sedikit memahami apa yang ia rasakan. Selamilah dan anggap jika engkau seorang Maria. dan aku bersedih atas nama Maria.

MARIA hanya manusia yang mempunyai hati sebagai tameng untuk melindungi dirinya. Dia tidak pernah meminta untuk hidup bahagia, hingga akhirnya kebahagiaan itu datang, ditawarkan dalam bentuk cinta dari orang asing yang dia kagumi. Setiap hari orang asing itu selalu ada dan membentuk suatu kisah. Maria menghargai semua keindahan yang terlukis dalam orang asing itu. Mulutnya selalu terbuka, diakhiri senyum sebagai tanda bahwa ia begitu kagum dan nyaman untuk berada di dekatnya.

Orang asing. Benar-benar asing. Bahkan tidak ada penyambung di antara mereka. Maria tidak mempunyai teman yang merupakan teman orang asing itu. Segala kelebihan yang Maria nilai dari orang asing tersebut adalah apa yang ia lihat, apa yang ia jalani, dan apa yang ia tahu dengan mata, hati, dan pikiran Maria sendiri. Bukan melalui pendapat teman Maria. Maria tidak punya teman yang merupakan teman si orang asing. Mereka benar-benar anonim dari sudut pandang manapun. Maka, goog value tentang si orang asing yang Maria lihat adalah mutlak, tanpa embel-embel pengaruh orang lain.

Satu hal, Maria belum menemukan kekurangannya. Maria terus mencari. Saat Maria mengetahui bahwa si orang asing punya kekurangan, maka kekurangan itu selalu dimaklumi dan berubah status menjadi hal yang lumrah, bukan kekurangan. Maria tahu betapa ia sangat mencintai si orang asing. Dan ia dapat merasakan betapa cinta begitu tidak bisa digambarkan seperti yang selalu dicurahkan oleh si orang asing.

Sosok orang asing itu sempurna. Baik fisik maupun nonfisik. Tapi justru hal itulah yang membuatnya sedih. Maria sadar bahwa ia tidak bisa memiliki si orang asing. Semua cerita indah ini pasti akan segera berakhir. Dan kini sudah berakhir. Mereka tidak dapat dipersatukan seperti manusia beruntung lainnya yang saling mencinta. Perpisahan adalah takdir yang tak dapat dielakkan. Maria dan orang asing bahkan tidak memiliki hak untuk memilih bahwa mereka ingin bersama selamanya.

Kini si orang asing sudah memutuskan bahwa ia akan pergi. Waktunya sudah habis dan ia harus kembali ke tempatnya. Ia harus menjawab panggilan keluarganya yang meminta pulang. Ia harus mau dijodohkan. Orang asing itu tidak punya kuasa. Orang asing tidak mampu menjadi durhaka bagi Ibu yang sangat dihormatinya. Dan Maria yang tak berdaya hanya mengelus dada. Ada titik tangis dipelupuk mata Maria.

Tidak ada yang dapat mengerti apa yang dirasakan Maria saat ini. Ia berkataku bahwa ini adalah siksaan hati yang paling kejam. Dan tak ada yang bisa mengerti betapa hancurnya ia saat ini. Tidak seorangpun yang berhak untuk memintanya bersabar. Dan tidak patut seseorang lain mengatakan bahwa ia mengerti apa yang dirasakan oleh Maria. Hanya keikhlasan untuk merelakan yang Maria jadikan pegangan. Maria berkata kepadaku bahwa ia sama sekali tidak membenci keputusan orang asing itu. Maria tahu bahwa mereka akan saling menyayangi selamanya, walaupun tidak harus memiliki.

Inilah apakah yang dikatakan Maria kepadaku kemarin :
”Cinta adalah sesuatu yang harus engkau perjuangkan. Cinta itu harus kau rebut. Jangan pernah menyerah atau takut gagal, dan teruslah mencinta. Walaupun fisik yang kau cinta tidak bisa kau miliki seutuhnya sebagai bagian yang akan menemanimu seumur hidup, kau akan tetap memiliki hatinya. Seperti hatiku yang tetap menjadi hak milik si orang asing. Dengan mata berlinang aku relakan ia. Dengan kehancuran hati, aku ingin melihatnya bahagia dengan orang yang akan menjalani hidup bersamanya. Aku akan tetap menjaga perasaanku seperti apa yang telah aku janjikan padanya. Tidak ada yang pernah tahu betapa indah cinta yang kami jalani. Walau hanya sesaat, cinta ini adalah hubungan yang memakai hati. Ketegaran ini begitu membuatku hancur, memaksaku menjadi pribadi kuat padahal tidak.”



Dan inilah pesan dari Maria untuk orang asing itu, yang ia tulis melalui selembar surat cinta terakhir:
”Orang asing, kedatanganmu tidak pernah aku duga. Dan memasuki cerita hidup pada waktu yang tepat. Setiap hari begitu indah, dan membuatku terlena hingga aku lupa betapa asingnya engkau. Kini saat-saat yang kita takuti telah tiba, dan mimpi buruk yang menghantui telah menjadi nyata. Berilah aku waktu untuk menenangkan diri, dan akan kubiarkan engkau menjalani keputusanmu. Aku tidak pergi dan membenci. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Tunggu aku, aku pasti datang, sebagai teman atau saudara yang masih mempunyai banyak cinta untukmu. Yang selalu bisa memberikan tangan tanpa kau minta. Siapapun yang akan aku pilih nanti, bukan berarti ia telah mencuri hatiku. Aku hanya butuh dia sebagai titik tolak supaya aku bisa kembali menjalani hidup dan tidak terlalu berharap tentangmu. Berbahagialah engkau dengannya yang kuiri. Ketahuilah, bahwa engkau tak akan terganti.”

Vintya yang iba, melihat selembar surat dari si orang asing itu.. Mungkin ini ditulis sebagai ikrar perpisahan mereka, dan beginilah rangkaian katanya :

Dear Maria,

Our story is awfully amazing,, we have each other from our first hello,
We’ve been happy, sad, laugh and yell each other,, 99% we solved it well.
With only 7 month period, feels like we’ve known each other for so many years.

I know Sometimes, I have many different moods, hurt your feeling, make you cry, and be as fragile as I can be… but, with all my weaknesses above,
you can make everything looks worth fighting!!,
you can make me share my feeling and thoughts with you, laugh and cry with you!!
And the most importantly
You can guide me through all the obstacles!!

Thank you…. Thank you for being such an amazing person for me, a good example, and a good motivator.

Thank you… Thank you for the hours of bus trip you took to go see me, the thousands of pages of books you hate that you read all night, so that you could finish all your work and come to see me every weekend.

Thank you Maria,
If eventually, separated will be the best solution (solution of being realistic off course), but you will always have my mind and my heart.

This is a promise I make, for loving me this much,, for teaching me this much, and for caring me this much.

What we have is a never ending Love story.


Perpisahan ini nampaknya bukan karena permasalahan di antara mereka. Perpisahan ini karena keadaan yang memaksa dua insan tak berdaya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya pada hubungan mereka, biarkan ini berakhir begitu saja, atau akan menjadi awal dari segala kisah..

Tuesday, March 11, 2008

Supremasi basi

Penelitian yang didasarkan oleh penulisan ilmiah, kentut!! Sebagai lambang supremasi dari apa yang telah dipelajri bertahun-tahun. Ini adalah sebuah pembuktian. Memang dunia pendidikan menuntut para pelajar untuk menjadi seorang yang bisa menghasilkan sesuatu yang bisa membanggakan dirinya. Bangga? I wish..

Beberapa hari ini, udah seminggu lebih sih, gua harus merelakan diri untuk diperbudak oleh yang namanya skripsi. Diburu sama jadwal sidang yang sudah menjelma menjadi pemburu liar. Tapi gua bukan binatang, tapi bintang, haha. Apabila bersinar terang maka si pemburu menjadi kagum, atau malah maklum karena dirinya tidak dapat memburu si bintang dengan senapan kebanggaannya yang disebut deadline.

Ah, teori!! Tetep aja gua pusing, sial.. inilah risiko yang harus diambil oleh seorang mahasiswi ngotot yang pengen lulus periode dekat, tapi juga ngelamar magang (dan ternyata dapat panggilan) dalam waktu yang semakin dekat. Apa risikonya? Tiba-tiba mata menjadi kabur karena kelelahan melihat jarum jam tangannya berputar beberapa kali cepat dari putaran yang wajar. Kalo ada waktu senggang, bikin jadwal atau list to do setiap hari supaya punya deadline sendiri yang harus dipenuhin. Mabok laut karena ikan hiu yang dikenalnya sebagai pembimbing skripsi menggoncang-goncangkan kapal, setir pun bergoyang tak bisa dikendalikan.

Maka dipilihlah jalan rajin sembahyang dan mengaji supaya layar komputer yang dijadikan berhala selama ini tidak membuat gua jadi musyrik. Menganggap perpustakaan sebagai tempat wisata sangat indah. Menjadikan buku sebagai lauk yang sangar gurih, bahkan saat makanan pokoknya lupa disantap. Membuat jadwal rutin : bangun pagi kerjain skripsi, siang bolong bimbingan sripsi, sore-sore saatnya browsing bahan skripsi, dan malam hari mimpi buruk karena skripsi ga jadi-jadi.

Banyak yang bertanya,

Orang lain : ”Skripsi lo udah nyampe bab berapa?”

Gua : ”Bab sebelas”

Orang lain : ”Gila keren banget lo!”

Gua : ”iya, disingkat jadi bablas”

Orang lain : ”Gobloookk”

Demi skripsi, demi lulus cepet, demi eksistensi, pokoknya gua harus rela diperbudak, harus rela bolak-balik naek damri reot, harus rela ngeliat muka dosen pembimbing gua sering”, harus rela ngejajanin duit beli makanan dalam bentuk print-an kertas, harus rela mengganti hobi potografi jadi potokopi (ini mah lebih, soalnya gua gak hobi potokopi, hanya menjadikan kalimat lebih indah dibaca), dan harus rela memakan janji-janji manis si objek penelitian yang katanya bersedia di wawancara tapi malah gak punya waktu. Maka janji manis itu akan kuserapahi saat ia menjelma menjadi janji palsu.

Sumpah, gua sadar gua ngotot banget. Pengen skripsi, tapi juga pengen magang. Makanya skripsi ini harus dikebut, gua ambil risikonya sebagai pembalap paling pemberani. Konsekuensinya akan terlihat nanti, tapi gua harus yakin kalo gua bisa tetap berada di jalur yang seharusnya dengan speed yang terus dipicu. Walaupun napas jadi terengah-engah karena udara semakin sedikit padahal helm yang gua pakai bentuknya gak mengecil, tapi kenapa ruang buat udara semakin sempit??

Gua jadi inget film ”Angkot Haji Imron”, dimana si tokoh utamanya merupakan seorang mahasiswi yang sedang menjalani skripsi tentang transportasi di Ibukota. Doi sampe rela jadi kenek angkot, dan memangkas rambutnya (bok??? Gua si ogah, haha, kayak gak ada judul penelitian lain yang lebih ok aja).

Siapapun kalian, marilah luangkan waktu sejenak. Ambil posisi seraya mengangkat tangan dan berucap, ”Tuhan, tolonglah Vintya. Mudahkanlah ia dalam menjalani skripsinya. Tunjukkanlah ia arah-arah yang benar. Murahkanlah pintu hati dosen pembimbing dan pengujinya, amin...” Makasi ya, mau baca kalimat doa tadi selengkapnya, dengan kata lain, Anda mempunyai kontribusi untuk ikut mendoakan saya. Sesungguhnya vintya sangat berterimakasih karenanya dan mendoakan Anda supaya lebih banyak rejeki, ketemu jodoh yang paling baik, sehat walafiat dalam kebahagiaan masa depan yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya, amiiinn.. Inilah salah satu bentuk simbiosis mutualisme dalam dunia cyber.

path

Path analysis, mungkin ada yang bertanya, setan macam apa itu? Setan itulah yang beberapa hari ini menjadi mimpi buruk bagi seorang Vintya. Path analisis berbentuk tanda panah awut-awutan sebagai koefisien jalur dalam metodologi penelitian kuantitatif. Dan, metode serabutan inilah yang akan membantu saya dalam menganalisa penelitian saya.

Sebenarnya, gua gak mau pakai metode ini, tapi dosen pembimbing gua yang sakti mandraguna terus memaksa (tapi dia bilang sih ”saya gak maksa loh, tapi saya tahu kamu bisa). Konon katanya walaupun metode ini rumit, tapi bisa saya pelajari. Bagi saya, path analysis bukan metode tapi ****. Maka dosen pembimbing menjelmalah sebagai guru spiritual karena dia rupanya dapat menjinakkan metode tersebut.

Dibilangin gua gak mau, masih dipaksa. Eh taunya, wajah dia mengeras (padahal dia bilang dia gak maksa??). Skripsi pun semakin diperumit. Huuuh! Setelah satu minggu merenung di bukit Manglayang, akhirnya Vintya memilih jalan damai dengan mengikuti anjuran dosen (bukan, itu adalah perintah!). Setelah mengatakan hal ini, wajah dosen berseri-seri. Saat itu hari sudah malam dan menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah bimbingan selama satu setengah jam di sebuah gedung perkuliahan, terlibatlah saya dalam percakapan seperti ini :

Vintya : ”Yaudah deh, Pak. Saya pakai path analysis saja. Tapi bapak harus bimbing saya lebih sering, karena saya punya target kapan mau lulus.”

Dosen : ”Bisa kok, nanti saya bimbing. Tenang saja, walaupun ini rumit, bisalah pokoknya. Kamu pelajari saja skripsi punya si C, dia juga pakai metode ini.”

Vintya : ”Sudah, Pak. Tapi saya masih bingung. Ini sudah saya gambar model strukturalnya, tapi saya masih belum mengerti bagaimana menafsirkan hipotesisnya. Lalu, skripsi siapa lagi yang bisa saya pelajari?”

D : ”Baru tiga orang yang pakai skripsi ini, tapi kamu pelajari saja skripsi si C”

V : ”Selain si C?”

D : ”Pelajari saja punya si C” (sebenarnya yang make metode ini tuh si C sama siapa ? mahluk gaib)

V : ”Yaudah, berarti sudah saya pelajari, dan hasilnya seperti ini”

D : ”Saya gak mau suapin kamu, kamu sekarang jangan pulang dulu, beli buku dulu di Gramedia” (Bok, barusan doi bilang doi mau bimbing gua??)

Padahal itu udah jam setengah delapan malem, dan itu di Bandung. Dan gua harus pulang ke Jatinangor naek bus yang harus ditempuh selama satu setengah jam, itu juga kalau gak macet dan selamat dari godaan tukang jeruk, tukang tahu, dan tukang lainnya. Akhirnya sambil menyesali nasib, gua membeli buku malam itu juga, dan belajar keras keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, gua ke bengkel statistik untuk konsultasi sekaligus minta jasa olah data. Terus saat menanyakan mengenai hal pembayaran, ternyata si konsultan statistik itu berkata lantang, ”400 ribuu..” dan langsung saja gua lanjutkan dengan satu kata, ”...seeeet” oh My God, kok mahal bener yah? Biasanya kan cuma 250ribuan. Ternyata pas ditanya, konsultan berkata, ”karena metode ini jarang digunakan dan biasa digunakan untuk S2 atau S3”..

1, 2, 3 ........ ”Bapaaaaaaak doseeeeeeeeeen!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”



PS : Bapak, kalo bapak liat posting ini, ini cuma curahan hati saat saya sedang merasa kesulitan ya.. tanpa bermaksud menyinggung hati siapapun..

Monday, March 3, 2008

spoke person

Hidup gua tuh cukup enak sebetulnya, tanpa harus membayar seseorang untuk menjadi juru bicara pribadi, eh gua malah punya banyak temen yang pangkatnya lebih tinggi dari juru bicara presiden.. Bok?? Yah berterima kasih lah gua pada mereka, tapi terkadang malah suka pada bikin heboh..

Padahal gua bukan tukang curhat sana sini, kalo ada keinginan atau masalah, paling gua cuma cerita ke satu orang (atau malah enggak sama sekali), DAN curhatnya juga tanpa menggunakan kode umum "ini rahasia dan jadi tolong sebarkan!", misalnya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini :
"Eh, bok bok, gua punya cerita, tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa. Soalnya gua cuma cerita sama lo aja, janji ya, sumpah ya?"

Nah, gua gak pernah tuh kayak gitu, tapi kenapa temen" gua pada inisiatif jadi spoke person gua ya? Apa gua salah GAUL dalam komunitas mahasiswa ilmu komunikasi yang kedoyanannya ngomong? Contoh kejadian :
1. Gua batalin janji sama temen, karena nyokap gua sakit dan sempet mau di opname.. Bok? kenapa semua orang jadi banyak yang nanya via sms? Padahal nyokap gua udah sembuh lagi, dan gak seheboh itu juga kali sakitnya. Thanks ya buat perhatian ke nyokap, special thanks to Opur buat jaringan komunikasinya yang begitu handal, gak percuma ya..
2. Dulu, waktu gua masih semester 2 atau 3, tiba" udah pada banyak yang nanya : "lagi nyusun skripsi ya, apa judulnya? kapan lulusnya? Boookk? baru juga kuliah 1 tahun, masa udah skripsi lagi? perasaan gua ambil S1 bukan D1.. Ok, thanks ya buat kebohongan publiknya, gua tau banget nih siapa yang gembar-gembor kebohongan ini, namanya Ocha jurusan Jurnalistik Fikom Unpad..

3. Sekarang banyak orang yang nanya gua udah lulus apa belum, gara-gara spoke person gua yang paling speak up (bahkan ia juga membuka dan menyebarkan merpatinya) memberitakan kabar burung, bahwa Vintya sudah lulus dan skripsinya menggunakan inilah itulah.. Eh, mamen! ngaco banget sih lo, kenapa gua jadi beban mental gini harus cepet" lulus gara" kehebohan lo itu?? Mubazir banget Habibie yang pintar itu punya keponakan macam elo, haha.. becanda mamen, lulus bareng ya?? Nama orang ini adalah Gadis Dwi Sartika Habibie.


Dan masih banyak lagi yang lainnya, termasuk ui.. bahkan hal gak penting pun diceritain, kerjaannya menaikan harkat dan martabat gua aja.. temenan d sama dia, pasti merasa dihargain banget.. Semua kelebihan yang lo punya bakalan digembar-gembor dah.. such a good marketer..

Ok, thanks ya semua, gak semua yang lo denger itu bener. Mungkin ada yang salah saat penyampaian, atau kesalahan ada pada anda yang jarang membersihkan lubang kuping..